TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari kejauhan, sebuah gubuk tampak berdiri dengan beratapkan daun kering, berdinding bilik, dan beralaskan tanah. Sekilas, gubuk tersebut terlihat seperti kandang ayam. Namun, tidaklah demikian kenyataannya. Itu adalah penampakan bangunan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussalam yang terletak di Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh.
MI Darussalam dibangun secara swadaya pada tahun 2010. Hingga kini, setelah 5 tahun berselang, bangunan itu tak banyak berubah. Fasilitas di dalamnya hanya tersedia seadanya, bahkan boleh dibilang tak menunjang proses belajar-mengajar. Ketika hujan mengguyur sekolah, pengurus kerepotan, dan kegiatan belajar-mengajar pun "libur".
Lihat Vide-nya di sini:
"Kami ingin sekolah kami seperti sekolah-sekolah yang lain. Sekolahnya lengkap, bukunya juga lengkap, agar kami bisa belajar lebih giat lagi dan lebih bersemangat," ujar Syi'ara Rizka, siswi kelas VI MI Darussalam dalam wawancara dengan Kompas TV beberapa waktu lalu.
Sejumlah pengajar pun masih tulus meluangkan waktunya untuk mendidik para calon cendekiawan bangsa ini. Namun, tugas mulia yang diembannya tak sebanding dengan apa yang diperoleh.
Wakil Kepala MI Darussalam Asmaul Husna mengatakan, para guru MI Darussalam tak memperoleh gaji seperti guru lainnya. Penghargaan atas jerih payah mereka diambil dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Itu pun tak dapat dikatakan melimpah, hanya sedikit.
Usia kemerdekaan Indonesia sudah mencapai angka 70 tahun. Namun, angka 70 ini tidak berarti segala sesuatunya selesai. Di angka 70, masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dirampungkan, terlebih lagi di dunia pendidikan. Tak sedikit para pelajar mengalami keterbatasan dalam menuntut ilmu.
Akan jadi apa seorang anak-anak kelak, hal itu tentu bergantung pada tekad dan usahanya. Namun, bukankah tunas mesti dirawat supaya kuat agar bisa menjulang tinggi dan membanggakan negeri?
Penulis : Arief Kurniawan
>