TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA — Perekam data penerbangan pesawat Trigana Air ATR 42-400 nomor registrasi PK-YRN yang jatuh di Papua ditemukan para petugas SAR, Kamis (20/8/2015).
Perekam data penerbangan atau flight data recorder (FDR) adalah salah satu instrumen pokok pesawat terbang komersial.
Bersama perekam data percakapan kokpit (VCR), keduanya lazim disebut kotak hitam alias black box, walaupun wadah titaniumnya sebetulnya berwarna jingga terang.
Jika bencana terjadi pada penerbangan, maka kedua instrumen yang dirancang bangun dan ditempatkan dalam pelindung yang sama ini pasti menjadi pokok pencarian petugas SAR.
Dari rekaman kedua instrumen inilah biasanya tim investigasi resmi menelusuri sebab-sebab kecelakaan pesawat, mengolah data, dan merumuskan rekomendasi kepada pemerintah, operator, dan pabrikan agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.
ATR 42-400 Trigana nomor penerbangan IL 267 itu jatuh di Kampung Atenok, Distrik Oskob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, pada Minggu (16/8/2015), atau hanya sehari menjelang peringatan HUT Ke-70 Kemerdekaan Indonesia.
Menurut catatan pula, pesawat ini jatuh hanya dua bulan pasca-kecelakaan pesawat C-130B Hercules Skuadron Udara 32 TNI AU di Medan.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara TNI AU Jayapura Mayor Khusus Juni Kurniawati, di Jayapura, Kamis, mengatakan, FDR tersebut saat ini masih berada di Oksibil.
"Belum ada kepastian kapan FDR tersebut akan dibawa ke Jayapura. Jika sudah ada informasi, akan segera diinfokan kepada rekan media," katanya.
Kurniawati menjelaskan, berdasarkan informasi di lapangan, tim kecil yang bertugas mencari FDR itu terdiri dari 10 personel Badan SAR Nasional bersama kolega dari instansi lain.
Sementara itu, Komandan Korem 172/Praja Wirayakti, Kolonel Infantri Sugiono, di tempat terpisah, membenarkan informasi bahwa kotak hitam jenis FDR sudah ditemukan tim.
"Bagian kotak hitam yang dicari sejak kemarin akhirnya ditemukan siang ini di lokasi yang sama oleh tim SAR gabungan dan dibantu masyarakat Oksibil," ujar dia. (*)