Kejadian seperti itu hanya terjadi dua kali, setelah meditasi kelima dan keenam, Ida mengalami sesuatu yang dahsyat.
“Perut tityang bergerak, pikir tityang mungkin punya masalah di perut, lama-kelamaan perut bergetar, langsung berpikir ada apa ini?” ungkap Ida Resi sembari duduk tegap lalu memutar-mutarkan tangannya di perut.
Ada sesuatu yang naik turun dari perut ke tenggorokannya.
Bibir Ida Resi itu langsung bergetar dan ngweda cepat sekali, disertai dengan gerakan mudra.
Saat itu Ida Resi sadar tapi dalam pikiran tidak tahu artinya.
Itu berlangsung selama 20 menit.
“Orang mengira tityang kerauhan tapi bukan. Berhenti, berhenti begitu saja, caket (bibir rapat), badan sudah capek sekali. Kemudian badan tityang rebahkan sendiri, beberapa detik saya buka mata, nah setelah itu saya tenang, peace (damai),” ucapnya menirukan sedikit gerakan merebahkan badan saat kejadian itu.
da Resi saat itu belum mengerti ketika meditasi ada nak istri (perempuan) yang meraos.
“Apakah ini benar ada yang mengajak bicara atau dalam pikiran saja. Saya tidak mau gila,” sahut Ida Resi dari soroh Pasek Salahin ini.
Ida Resi saat itu tidak tahu apa itu mediksa, pikirannya hanya melukat biasa.
“Nah, saat itu tityang diminta untuk mediksa, karena tidak tahu, tityang pikir mediksa itu melukat, nggih tityang berjanji mediksa,” ujar Ida Resi diikuti tawa kecil.
Selanjutnya tityang bilang ke Pekak Mangku, “Tityang harus mediksa ini pekak, lantas beliau bingung. Kata pekak, mediksa itu jadi sulinggih ning. Tityang syok, tityang tidak mengerti apa yang terjadi. Bagaimana menjadi sulinggih, jadi nak lingsir, no no no,” kata Ida Resi sambil menaruh kedua tangannya di samping pelipisnya.
Hampir selama 10 hari Ida Resi setelah itu tidak melaksanakan meditasi.
Namun apa yang terjadi? "Saat itu tityang sembahyang, nangis lalu teriak-teriak seperti orang kerahuan padahal tidak," ungkap Ida Resi.