TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) sebagaimana diberitakan banyak media nasional sudah menonaktifkan 243 perguruan tinggi di Indonesia.
Kemenristek Dikti mengidentifikasi kampus-kampus tersebut bermasalah.
Mulai dari perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa, masalah pelanggaran peraturan perundang-undangan, masalah sengketa/konflik internal, kasus mahasiswa, kasus dosen (misal dosen status ganda), dan lain-lain.
Ada tiga sanksi bagi kampus yang melakukan pelanggaran.
Sanksi ringan berupa surat peringatan, sanksi sedang berupa status nonaktif dan sanksi berat berupa pencabutan izin.
Penelusuran Tribun di situs forlap.dikti.go.id, dari 243 kampus yang dinonaktifkan, terdapat enam kampus yang ada di Jambi.
Berikut daftar nama 6 kampus di Jambi yang masuk dalam daftar 243 kampus yang dinonaktifkan oleh Kemenristek Dikti.
1. STIT YAPIMA Muara Bungo Provinsi Jambi.
2. Akademi Bahasa Asing Jambi Provinsi Jambi.
3. Akademi Telekomunikasi Indonesia Jambi.
4. Akademi Sekretari Dan Manajemen Jambi.
5. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambi Provinsi Jambi.
6. Akademi Manajemen Koperasi Graha Karya Provinsi Jambi.
Menanggapi informasi tersebut, Asrul, Puket I STIT Yapima Muara Bungo, membenarkan status nonaktif kampusnya.
Namun ia meluruskan bahwa bukan berarti perguruan tinggi itu ditutup.
Dikatakan Asrul, nonaktif diakibatkan oleh adanya dosen yang memiliki NUPTK.
Ketika NIDN-nya diusulkan, hal itu baru diketahui. Sehingga data STIT Yapima di Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) langsung terblok.
"Jadi mohon diluruskan pemahamannya kepada masyarakat. Bukan berarti kampus kita ditutup. Itu tidak benar," ujar Asrul yang mengaku tengah berada di Jambi.
Ia katakan, untuk membuka blok data itu, tidak bisa cepat. Tapi terjadwal, hanya bisa diproses mulai Januari hingga April 2016 nanti.
Saat ini ada sekira 30an mahasiswa STIT Yapima yang tengah PPL.
Mrd, salah seorang mahasiswi, mengatakan juga sudah mengetahui bahwa STIT Yapima dinonaktirkan oleh Kemenristek Dikti.
"Sudah Bang, kami susah tahu. Kami tanya ke dosen, mereka (dosen) bilang itu sudah diurus. Kata dosen, data kampus kami ada yang blok di pusat," ujar Mrd per telepon.
Ia sendiri mengatakan sangat khawatir jika memang kampusnya dinonaktifkan. (Fifi Suryani/Muhlisin)