TRIBUNNEWS.COM, MAGETAN - Enam dari tujuh korban kebakaran hutan puncak Gunung Lawu, ternyata masih satu keluarga. Termasuk dua korban luka bakar yang dirujuk ke RSUP dr Soetomo Surabaya dan Solo.
"Empat korban meninggal dan dua luka bakar parah, masih satu keluarga," kata Widodo warga Desa Gelung, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi yang masih keluarga Sumarwan, korban meninggal, kepada Surya, Senin (19/10/2015).
Disebutkan Widodo, empat korban meninggal Sumarwan (45), Nanang (17), keduanya hubungan bapak anak, Rita Septi (21) keponakan Sumarwan dan Awang Fery Pradika (25), tunangan Rita.
Sedangkan korban luka bakar parah, Novi Dwi Istiwanti (15) anak Sumarwan, dan Eko Nurhadi Desa Brangkal, Kecamatan Karangjati, Ngawi keponakan Sumarwan.
Sementara ketiga korban meninggal yang masih ditangani Disaster Victim Identification (DVI) Polri, jenazah Kartini, Joko Prayitno (30), Aris, ketiga disebut warga Kebon Jeruk, Jakarta.
"Yang mengajak muncak (naik puncak Gunung Lawu) Novi, permintaan muncak itu sudah dilakukan Novi sejak beberapa hari, sebelum kejadian itu. Novi tahu bapaknya sering muncak dan dia selain mengajak kakaknya juga mengajak Rita dan Awang (pacar Rita)," jelas Widodo.
Hingga, Senin (19/10) pukul 17.00, tiga jenazah dari tujuh korban meninggal belum bisa diidentifikasi. Kabarnya ketiga jenazah itu sudah sangat rusak, wajah dan bagian tubuh lainnya sudah sangat sulit dikenali.
"Keempat jenazah saudara saya (Sumarwan, Nanang, Rita, dan Awang), akan di antar pulang ke Ngawi dengan bantuan Pemkab,"kata Widodo seraya mengatakan Sumarwan itu PNS Kelurahan Margomulyo, Kabupaten Ngawi.
Sebenarnya, rombongan Sumarwan saat akan turun dari puncak Gunung Lawu, sudah dinasihati Wendy Wahyu Kurniawan anak Widodo, yang Sabtu (17/10) juga muncak di Gunung Lawu.
"Waktu ketemu anak saya Wendy, rombongan Pak Sumarwon dinasihati agar tidak lewat jalur Cemorosewu, agar lewat Cemorokandang. Karena saat itu jalur Cemorosewu api sudah membesar," ujar Widodo.
Saat itu, lanjut Widodo, rombongan Sumarwan kelihatanya mengiyakan. Tapi karena rombongan Wendy yang berjumlah 10 orang itu menjadwalkan turun sebelum sore, Wendy tidak tahu lagi kabar rombongan Sumarwan itu.
"Anak saya Wendy tidak menyangka yang terbakar itu rombongan Pak Sumarwan. Tapi setelah tahu seperti ini, dia (Wendy) baru bercerita," kata pengusaha tanah urug di Bojonegoro ini.
Sementara Kapolres Magetan AKBP Johanson Ronald Simamo berjanji akan mengajak koprdinasil Pemkab Karanganyar, BPBD, Kepolisian dan TNI setempat, agar kejadian ini tidak terulang lagi.
"Sampai sore ini, tim pencari pendaki masih bernyisir daerah yang diduga sering menjadi tempat berlidung pendaki yang naik puncak,"kata AKBP Johanson Ronald Simamora, Senin (19/10).
"Meski jalur Cemorosewu ditutup, pendaki yang lewat Cemoro kandang tidak ada habisnya. Jalur pendakian itu sebetulnya sudah diigatkan, tapi nekad tetap melakukan pendakian,"jelas Kapolres Johanson. (Dini Prasetyo)