TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Seringkali seseorang menggambarkan tuna netra sosok yang memakai kacamata hitam, lalu seorang pengamen bahwa ada juga yang menganggap hanya sebagai tukang pijat.
Namun semua anggapan itu akan sirna ketika melihat penampilan mereka dalam acara Final Tuna Netra & Personal Branding dan Parodi Tuna Netra berjudul “Sumpah, saya Jaka Tarub” yang diadakan oleh Komunitas Mata Hati di Gedung PT SIER, Raya Rungkut Industri, Sabtu (24/10).
Yang tampil dalam Final Tuna Netra & Personal Branding dan Parodi Tuna Netra “Sumpah, saya Jaka Tarub” di Gedung PT SIER ialah mereka yang masuk ke dalam 5 finalis setelah seleksi pada 22 September.
Ketua Komunitas Mata Hati, Danny Heru mengatakan bahwa ia ingin menunjukkan seorang tuna netra tidak hanya dipandang sebelah mata saja.
“Ini acara pertama kali se-Jawa Timur. Kami ingin menunjukkan bahwa kami bisa menjadi potret di mata masyarakat. Sehingga kami menampilkan kegiatan ini,” kata dia.
Kegiatan ini di ikuti lima finalis yang tampil dengan beragam skill yang mereka kuasai.
Kelima finalis itu ialah Fitri Astuti Bahagyaningtyas asal PAsuruan menampilkan Kartu Braille menuju Surga, Rahma asal Gresik menampilkan cerpen yang ia buat dengan judul “Lihatlah Sastrawiku”, lalu Prana Carenza asal Surabaya menampilkan permainan gitar, Rizki asal Surabaya menampilkan aransemen lagu, dan Eka Christian asal Surabaya menampilkan permainan biola.
Acara terakhir dimeriahkan dengan penampilan mereka yang menampilkan penampilan Parodi Jaka Tarub.
Penampilan ini berbeda dari penampilan biasanya. Namun tidak merubah unsur cerita dongeng.
Hanya saja penampilan ini dilakoni oleh sekelompok tuna netra. Kemeriahan tampak pada raut wajah para pemain ini.
Parodi ini berisi pesan tentang keberadaan para penyandang disabilitas tidak akan melemah.