Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Welly Hadinata
Dulu Peringkat Dua Asia Tenggara, Kini Damin Jadi Buruh Angkut Semen
TRIBUNNEWS, PALEMBANG --- Pria satu ini mungkin cukup terkenal pada era tahun 90-an bagi masyarakat Palembang dan sekitarnya.
Terutama bagi kalangan penggemar olahraga tinju. Pada masanya, pria bernama lengkap Mohamad Damin ini dulunya raja ring tinju nasional dan dieluk-eluk penggemarnya.
Namun kehidupan Mohamad Damin berubah dan kini hidup sangat sederhana.
Damin bersama istri dan kelima orang anaknya, tinggal di rumah di pinggiran jalur rel kereta api Jalan Nilakandi RT 04 RW 02 Kelurahan Karya Jaya Kecamatan Kertapati Palembang.
"Sejak tidak lagi menggeluti olahraga tinju dari tahun 1997, saya kerja serabutan. Kadang kerja jadi kuli bangunan dan kerja lainnya yang penting halal".
"Tapi saat ini saya kerja jadi buruh angkut semen di pabrik semen yang ada di Kertapati," ujar Damin ketika ditemui Sriwiajaya Post dikediamannya, Senin (9/11/2015).
Diminta menceritakan kembali kiprahnya sewaktu menjadi petinju profesional, Damin pun tak sungkan-sungkan untuk bercerita.
Bahkan sejak dari mulai meniti karir sebagai petinju amatir sampai petinju profesional dan menjadi juara nasional.
Sebagai pembuktian bahwa dirinya adalah juara nasional, Damin pun masuk ke rumahnya dan sesaat kemudian mengeluarkan dua sabuk tinju yang biasa didapatkan seorang petinju sebagai pemenang.
Tampak dua buah sabuk yang ditunjukan Damin kepada Sripo, kondisi sabuk sudah lusuh.
Bahkan plat besi yang bertuliskan juara nasional sudah berkarat dan sulit dibaca.
Bukan hanya sabuk juara tinju, Damin pun memperlihatkan foto-foto masa kejayaannya dan sejumlah potongan kertas media koran yang berisikan berita kemenangannya sebagai juara nasional pada tahun 1994.
Bahkan untuk di kelasnya yakni 58.9 kg, Damin pernah tercatat petinju peringkat dua se Asia Tenggara.
"Semua ini hanya untuk kenangan saja. Sekedar bercerita untuk anak-anak bawah orangtuanya ini dulu adalah seorang petinju nasional".
"Tapi kini hanya bekerja sebagai buruh angkut semen yang sehari-hari dapat upah Rp45 ribu".
"Tapi Alhamdulillah keluarga menerima meskipun ada kekurangan, tapi saya tetap kerja demi anak dan istri," ujar Damin.
Ditanyai mengapa dirinya pensiun dari olahraga tinju yang digelutinya hingga menjadikannya sebagai juara nasional, pria kelahiran 2 Februari 1967 ini mengatakan bahwa kehidupan petinju pada masanya itu tidak begitu diperhatikan.
Terutama untuk menuju kejuaraan tinju level internasional. Karena sepinya pertandingan untuk kejuaraan lokal, maka ia pun memutuskan pensiun dari ring tinju.
"Sewaktu saya juara nasional dan masuk peringkat kedua se Asia Tenggara, saya banyak dapat tawaran untuk bertanding di luar negeri".
"Tapi saat ini tidak ada dana promotor dan akhirnya saya stop bertanding," ujar Dami yang mengidolakan petinju dunia Mohammad Ali.
Selama karirnya sebagai atlet tinju dari amatir hingga profesional, Damin mengakui dirinya memiliki ciri khas tersendiri dalam setiap kali pertandingan. Terutama jab kirinya yang sangat ditakuti lawan tandingnya.
"Selama karir saya naik ring, saya pernah bikin KO lawan pada ronde pertama. Padahal lawan itu adalah petinju peringkat lima nasional".
"Selama bertinju di amatir, jumlah pertandingan saya ada 50 kali. Kalau di kelas profesional ada 35 kali pertandingan".
"Sepanjang saya bertanding, saya tidak pernah kalah KO. Tapi saya dua kali kalah yakni kalah angka dan kalah akibat diskualifikasi," ujarnya.(Welly Hadinata)