TRIBUNNEWS.COM - Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata santri?
Lazimnya, kebanyakan orang akan berpendapat santri adalah pelajar yang lebih banyak meluangkan waktunya mempelajari agama.
Masa depan mereka kerap diidentikkan melulu sebagai calon pemuka agama ataupun menjadi guru.
Namun, Pemprov Sumatera Selatan mencoba mengubah stigma tersebut. Para santri memiliki prospek menjadi tenaga kerja profesional di berbagai bidang, termasuk bidang medis dan kedokteran.
Melalui program yang diusung Alex Noerdin sejak menjadi Bupati Musi Banyuasin, Pemprov Sumsel memberikan peluang bagi para santri untuk menjadi dokter melalui Program Santri Jadi Dokter (PSJD).
“Program Santri Jadi Dokter telah dimulai sejak tahun 2006 waktu Pak Alex Noerdin masih menjadi Bupati Musi Bayuasin. Setelah beliau menjadi gubernur, program ini kemudian dilanjutkan di tingkat provinsi tahun 2008. Sampai sekarang penerima beasiswa ini berjumlah 117 orang untuk program studi Pendidikan Dokter, Keperawatan, dan Farmasi,” kata Drs Widodo MPd, Kadis Pendidikan Pemprov Sumsel dalam keterangannya, Senin (23/11/2015).
Pemprov Sumsel melalui proses seleksi ketat memilih santri untuk dididik menjadi dokter dan tenaga medis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mitra perguruan tinggi.
Program ini diharapkan mampu memberikan peluang bagi para santri di Sumatera Selatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Merujuk kepada data Kementerian Agama, saat ini terdapat 204 Madrasah Aliyah dan 362 pondok pesantren.
“Kami setiap tahun mengirimkan 10-20 santri untuk Jurusan Kesehatan Masyarakat, Farmasi, dan Pendidikan Dokter,” ujar Widodo.
Guna mencari kandidat terbaik, Pemprov Sumsel memberikan persyaratan yang cukup ketat. Beberapa prasyarat untuk mendapatkan beasiswa tersebut antara lain:
1. lulusan MAN/MA atau pesantren jurusan IPA dengan peringkat 10 besar sejak kelas X sampai XII
2. prestasi hasil belajar kelas XII minimal 7 (tujuh) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia
3. mampu membaca dan menulis huruf Arab, dan 4) hafal al-Quran Juz 30 (Juz Amma) dan surat-surat pilihan lainnya.
“Persyaratan tersebut membantu kami untuk memilih peserta yang memang benar-benar memiliki kemampuan dan juga memiliki akhlak serta pengetahuan agama yang memadai,” lanjut Widodo.
“Selain itu, peserta penerima beasiswa lebih banyak berasal dari keluarga tidak mampu,” kata Widodo.
Melalui program PSJD, Pemprov Sumsel sudah berhasil mendidik 117 santri untuk menjadi dokter dan tenaga medis. Dan melalui program tersebut, sejumlah 21 orang telah lulus dari masa pendidikan.
“Nantinya mereka akan ditempatkan kembali di Sumsel, meskipun ada sebagian yang memilih mengajar,” kisah Widodo.
“Upaya ini juga diharapkan mendukung penyediaan 1 dokter 1 kecamatan,” imbuhnya.
Setelah para santri tersebut menyelesaikan studi, mereka diwajibkan untuk kembali mengabdi di tanah kelahirannya.
Diharapkan dengan adanya program PSJD, kebutuhan tenaga medis di berbagai daerah di Sumsel dapat dipenuhi secara maksimal.