Laporan Wartawan Surya, Sulvi Sofiana
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir, menargetkan 119 perguruan tinggi berstatus nonaktif akan diselesaikan akhir Desember 2015.
Ia mengatakan, jumlah perguruan tinggi nonaktif saat ini sudah berkurang dari jumlah awal sebesar 243 perguruan tinggi.
“Sekarang sedang masuk ranah pembinaan untuk memperbaiki sistemnya. Pada 2016 tidak akan ada lagi kampus nonaktif,” jelas Nasir kepada SURYA.co.id usai mengisi kegiatan di Universitas Airlangga, Surbaya, Sabtu (28/11/2015).
Pembinaan yang dilakukan Kemenristek Dikti di antaranya melarang perguruan tinggi nonaktif menerima mahasiswa baru sampai masalah selesai, sistem perkuliahan harus tetap dijalankan dan harus melapor pada Kopertis.
Terkait kemungkinan target yang tidak terpenuhi, Nasir enggan berkomentar. “Kalau belum waktunya ya harus dilihat dulu nanti, karena maping pembinaan sudah jelas, makanya kami berani mentargetkannya,” beber dia.
Perguruan tinggi nonaktif paling banyak ditemukan di DKI, Jatim, Jabar dan Sumatera utara, sehingga pembinaan akan lebih diketatkan di daerah-daerah ini.
Untuk menghindari pemikiran negatif masyarakat, perguruan tinggi nonaktif diganti dengan nama kampus pembinaan. “Pembinaan dan nonaktif itu sama, tapi banyak orang mengira nonaktif itu ditutup, padahal bukan," jelas Nasir.
Sebanyak 29 perguruan tinggi nonaktif lima di antaranya dari Surabaya, yaitu STIE Yapan, STIE Artha Bodhi Iswara (ABI), STIE Pemuda, Universitas Teknologi Surabaya (UTS) dan Institut Teknologi Pembangunan Surabaya (ITPS).