Laporan Wartawan Tribun Sumsel, M Syah Beni
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Penemuan batu bata yang disebut arkeolog sebagai bekas tembok Keraton Kuto Batu Palembang akan diteliti di Balai Arkeologi Sumatera Selatan.
Retno Purwanti, arkeolog, mengatakan lokasi Museum Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II saat ini dahulunya adalah keraton.
Keraton tersebut lantas diratakan dengan tanah atas perintah Van Sevenhoven yang kemudian dibangun rumah Regeering Commissaris yang sekarang menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
"Keraton Kuto Batu ini ada pada akhir abad 18, umur batu bata ini lebih dari 200 tahun," ujarnya.
Diberitakan, seorang tukang gali proyek pembangunan air mancur di halaman Museum Sultan Mahmud Badarudin II menemukan batu bata dari zaman keraton kuto batu Palembang, Sabtu, (5/12/2015)
Batu bata ini memiliki panjang sekitar 30 centimeter dan ketebalan sekitar 10 centimeter.
Batu bata ini disinyalir bagian dari tembok keraton yang memisahkan halaman antara tempat raja, ratu, dan putri.
Darwiji, kepala tukang pembangunan air mancur Museum SMB II mengatakan batu bata itu berada di kedalaman 60 centimeter dari permukaan tanah.
Melihat batu bata yang ukurannya tidak biasa itu ia lantas menghubungi orang museum.
"Aneh saja lihat batanya. Saya yakin ini benda bersejarah," ujarnya kepada Tribun Sumsel
Retno Purwanti, arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel mengatakan bahwa benar batu bata itu bagian dari keraton kuto batu.
Dijelaskannya, dilihat dari tekstur bahan perekat antara bata satu dan lainnya sama sekali tidak menggunakan semen melainkan bubuk batu karang.
"Tebal perekatnya bisa sampai 10 centimeter," ujarnya.