News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketika Ruki Berpuisi : Di Cina Koruptor Dipotong Kepala, di Indonesia Dipotong Masa Tahanan

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Plt Ketua KPK Taufiequrachman Ruki mengikuti aksi para alumni lintas perguruan tinggi yang tergabung dalam Gerakan Anti Korupsi (GAK) bersama mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia di halaman Gedung KPK, Jakarta, Jumat (9/10/2015). Aksi tersebut sebagai bentuk penolakan pembahasan Revisi Undang-Undang (RUU) KPK yang dianggap sebagai langkah pelemahan lembaga antirasuah tersebut. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - "Di Republik Rakyat Cina koruptor dipotong kepala. Di kerajaan Arab Saudi koruptor dipotong tangan. Di Indonesia koruptor dipotong masa tahanan," ujar Plt Ketua KPK, Taufiequrachman Ruki.

Kalimat itu merupakan sepenggal isi puisi berjudul "Kami Muak dan Bosan karya Taufik Ismail yang dibacakan Ruki dalam Festival Antikorupsi Bandung di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/12/2015).

Tak ayal, tepuk tangan tamu undangan yang datang dalam acara untuk memperingati hari antikorupsi internasionalyang jatuh setiap 8 Desember.

Tepuk tangan itu datang dari sejumlah pejabat negara dan penyelenggara negara hadir di Sabuga.

Di antaranya sejumlah menteri kabinet kerja, unsur muspida Jabar, Walikota Bandung, Ketua DPD serta wakil Wakil Ketua DPD, Ketua KPU, dan pejabat negara lainnya.

"Itu (puisi. Red) merupakan pelampiasan masyarakat. Semoga kegiatan ini tidak hanya seremonial saja," kata Ruki.

Puisi yang dibacakan Ruki cukup panjang.

Sekilas puisi tersebut menceritakan perjuangan rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan.

Namun kemerdekaan yang diperjuangkan itu berubah menjadi kebobrokan moral dan mental.

Banyak pemimpin yang terbukti menjadi koruptor yang menjadikan materi menjadi tujuan hidup setelah kemerdakaan.

Di akhir puisi, rasa pesimistis pun tergambar lantaran banyak pemimpin yang menjadi koruptor di Indonesia.

Nilai-nilai luhur bangsa mulai luntur dan sirna seiring maraknya perilaku korupsi. Akibatnya kepercayaan terhadap pemimpin bangsa pun hilang.

Maka dari itu Ruki pun mengajak semua masyarakat turut serta memberantas korupsi.

"Untuk masyarakat semua mari bergandengan tangan membangun negeri tanpa korupsi dan berantas korupsi dari diri sendiri," ujar Ruki.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini