Sebelumnya tempat persembunyian Din Minimi selalu menjadi incaran aparat keamanan yang ingin menangkap hidup atau mati. Sejumlah rekannya ada yang sudah tewas atau ditangkap hidup-hidup selama ini.
Untuk melepas rasa rindu kepada keluarganya. Din Minimi pernah berusaha pulang ke rumah pada Minggu 28 Desember 2014.
Tak lama duduk sebuah warung kopi di depan rumah, tiba-tiba pihak kepolisian datang dan menembakinya. Beruntung saat itu nyawanya tertolong akibat cepat masuk ke rumah, mengambil senjata dan lari melalui belakang menuju hutan.
"Saya pulang karena mau melihat kondisi rumah setelah dilanda banjir," ujar Din Minimi yang menghubungi Serambi beberapa hari setelah kejadian itu. Ia hanya mengaku tertembak di betis kirinya saat itu.
Bahkan kali kedua pulang ke rumah, Din Minimi juga selamat, Rabu (10/6/2015). Saat itu informasi kepulangan Din Minimi keketahui satuan Reskrim dan Resmob Polres Aceh Timur.
Tapi penyergapan yang dilakukan saat itu gagal menangkap Din Minimi yang melarikan diri bersama anggotanya dengan kekuatan tiga pucuk senjata api campuran, AK 47 dan M 16.
Kehidupan Din Minimi kini mulai berubah. Bukan hanya bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga tercintanya. Tapi bisa duduk bersama dengan tetangganya, orang sekampung dan saudaranya yang mulai berkunjung sejak, Selasa (29/12/2015)