TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Suasana duka menyelimuti keluarga Munawan (40) dan Mustiasih (37) di Jalan Kandangan Jaya III. Putra bungsu mereka, Andi Dwi Setiawan (7) tewas di perlintasan kereta api di dekat rumahnya, Senin (11/1/2016).
Pasangan suami-istri (pasutri) ini seakan tidak percaya dengan kejadian yang dialami putra bungsunya itu.
Andi masih sempat tidur siang setelah pulang dari sekolah di SDN Banjarsugihan I. Bocah kelas I ini bangun tidur sekitar pukul 14.30 WIB.
Andi yang baru bangun tidur langsung menghampiri ibunya. Dia minta izin bermain ke luar rumah. Mustiasih pun mengizinkan Andi bermain di luar rumah.
Tapi Mustiarsih mewanti-wanti agar Andi tidak lama-lama bermain, sebab korban harus berangkat mengaji pada pukul 16.00 WIB.
Selain itu, Mustiarsih berpesan agar korban tidak bermain di sekitar perlintasan KA. Perlu diketahui, rumah korban hanya berjarak sekitar 100 meter dari perlintasan KA. Korban mengiyakan permintaan ibunya.
“Saya dapat kabar dari tetangga sekitar pukul 15.00 WIB. Katanya, anak saya tertabrak KA,” kata Mustiarsih.
Mustiarsih lemas mendengar kabar ini. Dia langsung memberitahukan kabar ini ke suaminya, Munawan dan bergegas mendatangi lokasi. Di lokasi Munawan melihat tubuh anaknya sudah tertutup daun.
“Anaknya di sekolah sangat aktif. Kata gurunya, dia sering bertanya bila tidak paham pelajaran,” tambahnya.
Kapolsek Benowo, Kompol Sofwan mengaku belum mengetahui korban dengan berapa orang sebelum kejadian. Berdasar informasi yang diterimanya, korban sedang mengejar layang-layang bersama teman-temannya.
Mungkin karena terlalu asyik mengejar layang-layang, korban tidak menyadari KA melintas dari arah timur menuju barat.
Warga sekitar sudah berteriak memberi peringatan kepada korban bila ada KA yang akan melintas. Tapi korban tidak mendengar teriakan warga.
“Tubuhnya terpental sekitar 15 meter dari lokasi tabrakan,” kata Sofwan.
Korban meninggal di lokasi akibat luka parah di kepala dan punggung. Jenazah korban langsung dievakuasi ke RS Dr Soetomo untuk diaotopsi.