News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontroversi Gafatar

Cerita Anak Eks Gafatar: Homeschooling, tak Ada Pelajaran Agama

Penulis: Novi Saputra
Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak-anak pengungsi eks Gafatar antusias membaca buku di mobil perpustakaan keliling Arpusda Kubu Raya di Batalyon Infanteri 643 Wanara Sakti, Kompi Senapan B, Jl Adisucipto, Kab Kubu Raya, Kalbarm Jumat (22/1/2016). Sebanyak 1600 buku dari kategori cerita bergambar, buku pelajaran sampai pengetahuan umum dibawa Arpusda sebagai upaya untuk mengusir jenuh warga eks Gafatar di pengungsian. TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA

Laporan wartawan Tribun Pontianak, Novi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK  -  Anak-anak mantan anggota Gafatar tidak mengikuti pendidikan formal seperti anak kebanyakan lainnya.

Seperti yang diutarakan oleh N (8) seorang mantan anak anggota Gafatar yang pernah berdomisili di wilayah Landak.

N mengaku sehari-hari ia dan anak-anak di rumah panjang mereka mengikuti homeschooling.

"Dulu di Jakarta pernah Paud, kalau di Landak kita homeschooling bang," katanya Senin (25/1/2016) di Bekangdam KODAM XII Tanjungpura.

Ada sejumlah pelajaran yang diikuti kata N, seperti IPA, IPS, Geografi, Matematika, Bahasa Indonesia.

"Agama gak belajar bang, kalau belajar ngetik di laptop ada," kata N polos.

Kata N, jam homeschooling dimulai dari pukul 9 hingga siang, gurunya adalah orang-orang tua mereka yang sedang tidak mengerjakan lahan pertanian.

Jam bermain dimulai seusai mereka mengikuti homeschooling, terkadang juga membantu orangtua mengerjakan kebun maupun pertanian.

"Main di kali, senang di Kalimantan, kalau di Jakarta kagak," kata anak yang mengaku datang ke Kalimantan bersama kedua orangtua dan tiga saudaranya beberapa bulan silam ini.

"Kami juga ada ulangan bang ," tambahnya.

Bocah ini hanya mengenali teman-teman satu bedeng rumah dengan dirinya, sebab pemukiman mereka lumayan jauh dari warga sekitar.

Sementara Husein, seorang mantan anggota Gafatar yang bermukim di Kayong Utara menuturkan mereka bukanlah hidup eklusif dengan menjauh dari pemukiman warga kebanyakan.

Menurutnya rumah yang dibangun bersama dengan mantan anggota lainnyasebanyak 16 KK dengan 65 jiwa ini ada alasan khusus.

" Bukan kami mau eklusif jauh dari warga, ada alasan tertentu pertama harga tanah lebih murah karena dibeli bersama, kalau bangun rumah satu-satu kan mahal ," kata Husein. Kini baik N maupun Husein masih menantikan jadwal pemulangan mereka kedaerah asal.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini