Rumah yang dibangun di sana menggunakan kayu dengan model rumah panggung. Suslistyanto suka karena tidak ada pembedaan selama di sana. Dokter pun juga terjun langsung ke sawah dan juga becek-becekan.
"Misi kami di sana adalah ketahanan pangan yang dapat membantu pemerintah," ujarnya, Sabtu (30/1/2016).
Ia tidak menyangka kejadian pembakaran di pemukiman tersebut. Menurutnya yang membakar pemukiman adalah warga asli di daerah tersebut.
Mereka ingin menguasai lahan tersebut. Asetnya yang ia punya ditinggalkan seperti rumah, sawah dan alat-alat usaha.
Sulistyanto juga pernah menjadi ketua organisasi Gafatar di Kota Salatiga. Ia menggantikan ketua sebelumnya yang tidak menjabat lagi.
Ia menyebutkan jumlah anggota di Kota Salatiga yang masih aktif sekitar 25 orang dan tidak semuanya dari Salatiga.
Dalam perekrutan Gafatar tidak ada paksaan. Mereka dengan kesadaraanya ikut berkecimpung di organisasi tersebut.
Gafatar juga pernah melakukan kegiatan bersama dengan organisasi-organisasi lain dalam hal Sosial dan Kebudayaan. Gafatar juga telah mempunyai AD/ART dan SKT yang sudah diserahkan ke Kesbangpol. (*)