News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Imlek 2016

Ada Ritual Lepas Hewan ke Alam Liar di Kelenteng Tertua di Jambi Ini

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktifitas di Kelenteng Siau San Teng yang berlokasi di RT 10 Sungai Asam, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung Kota Jambi, Minggu (7/2/2016)

Laporan Wartawan Tribun Jambi Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI -  Aktifitas di Kelenteng Siau San Teng yang berlokasi dI RT10 sungai asam, kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung Kota Jambi sejak minggu (7/2/2016) tampak sibuk.

Seperti terlihat pada minggu sore, sejumlah pengurus tampak sibuk mempersiapkan perlengkapan sembahyang menyambut imlek.

Belasan lilin berukuran hampir dua meter tampak tersusun rapi di depan altar dewa Toa Pe Kong (dewa bumi).

Untuk perayaan imlek dan pergantian tahun 2567 yang jatuh pada hari ini (senin.red) sebanyak 7000 pasang lilin akan di nyalakan di kelenteng ini.

Suasana ruangan akan terasa hangat dengan ribuan lilin berwarna merah, menyatu dengan warna dominan di ruang sembah yang.

Kelenteng Siau San Teng sendiri dikenal sebagai kelenteng tertua di Kota Jambi.

Berdiri sejak tahun1805, tempat sembahyang ini boleh jadi saksi sejarah perkembangan kota jambi dari tahun ke tahun. 

Tak kurang dari tujuh ribu ummat konghucu pada setiap perayaan imlek beribadah di rumah dewa bumi ini.

Ritual sembahyang biasa terlihat sejak minggu malam jelang pergantian tahun 2566 ke tahun 2567 kalender lunar.

Selain dikenal sebagai pusat peribadatan tertua, di Kelenteng Siau San Teng juga memiliki ciri khas tersendiri di hari Imlek.

Salah satunya adalah ritual Fang Shen atau melepas hewan ke alam bebas.

Umumnya yang hewan yang umum di lepas bebaskan adalah jenis burung.

Tradisi ini sudah melekat sejak berdirinya keleteng Siau San Teng.

Satu hari menjelang perayaan imlek, sejumlah pedagang burung mulai ramai berdatangan.

Sembari menunggu hari imlek, para pedagang burung ini terlebih dahulu menjajakan burung pipit jualannya di vihara Sakyakirti. Ini terlihat pada minggu sore kemarin.

Een, salah seorang pedagang burung pipit yang ditemui di halaman Vihara Sakyakirti mengatakan sengaja datang dari kota Palembang hanya untuk berjualan burung.

Biasanya Een dan beberapa temannya menjual burung di halaman Kelenteng Siau San Teng.

Ia mengatakan, biasanya pembeli baru ramai pada hari perayaan imlek. 

Untuk perayaan imlek kali ini, Een bersama tiga orang temannya membawa sekitar enam ribu ekor burung.

"Biasanya baru ramai pas hari imlek, habis sembahyang baru lah tradisi melepas burung, istilahnya buang siang dan mohon ampun. Tapi kita kurang tau pasti juga," katanya.

Satu ekor burung pipit dijual seharga tiga sampai empat ribu rupiah,"pas hari H nya bisa sampai Rp 5 ribu," kata Een.

Profesi pedagang burung ini dikatakan een sudah di lakoni cukup lama.

Hampir setiap tahun ia dan rekannya datang ke Jambi  berdagang burung pipit.

Namun, untuk di kota Kambi sendiri tak semua kelenteng melaksanakan tradisi Fang Shen, hanya  vihara Sakyakirti dan Keleteng Siau San Teng saja.

"Di sini cuma setahun sekali, kalau di Palembang sebulan dua kali di Pasar Sepur Ulu, kalau cap go meh di pulau Kemaro yang ramai, kami kesana,"katanya.

Leman, pedagang burung lainnya juga mengatakan hal senada, "Kami bertiga bawa sekok orang 2 ribu burung. Kalau lagi rame habis sehari," katanya.

Burung pipit ini dalam tradisi Tionghoa digunakan dalam ritual Fang Shen pada hari Imlek di Jambi yakni melepas hewan kealam liar.

Agus, pengurus kelenteng Siau San Teng mengatakan, tradisi fang shen sudah ada sejak berdirinya keleteng yang berlokasi dikamoung manggis ini.

"Kita memfasilitasi, biasanya pada hari Imlek mereka datang untuk berjualan," katanya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan, tradisi Fang Shen tak mesti dilaksanakan pada hari imlek atau pada tanggal 15 kalender lunar. Namun, bisa dilaksanakan kapan saja.

Fang Shen memiliki makna kemerdekaan atau kebebasan. Tradisi ini di maknai sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan alam. Dengan memberi ruang hewan untuk hidup lepas dialam bebas.

"Memerdekakan hewan ini mengingatkan kitak untuk menjaga keseimbangan alam. Disamping itu memberi kepuasan batin bagi ummat,"katanya.

Bisa dibayangkan, jika keseimbangan alam tidak terjaga yang justru akan berdampak pada kerusakan lingkungan. Dimana akibatnya bisa di rasakan oleh manusia itu sendiri.

Selain hewan jenis burung, tradisi fang shen juga bisa di lakukan lewat hewan lainnya seperti ikan,"ini juga di percaya bisa mendatangkan keberuntungan, membuka pintu rezeki," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini