Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Welly Hadinata
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - "Selama tinggal di Kalimantan kami hanya fokus bertani, namun setelah dibubarkan kami ini seperti petani yang kena PHK. Entah harus bagaimana lagi kedepannya."
Ujaran Sunarto mengalir tenang ketika ditemui Sriwijaya Post di Asrama Haji KM 8 Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (10/2/2016). Ia adalah bekas pengikut Gafatr asal Sumatera Selatan.
Warga Buay Madang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ini mengakui, lahan pertanian yang digarapnya di Kalimantan terbilang sangat luas dan banyak ditanami berbagai jenis tanaman.
Bahkan lahan pertanian milik warga setempat ikut ia garap agar bisa menghasilkan. Seperti kebun pisang dan kebun kelapa milik warga setempat yang minta tolong digarap agar cepat panen.
"Selama saya dan keluarga tinggal dan bertani di Kalimatan sejak September 2014, kami sempat merasakan panen. Lahan milik saya saja ada 12 hektare yang siap untuk ditanami padi. Sebelumnya lahan itu kosong dan ditanami ubi jalar serta dibuat empang. Tapi sekarang ini semuanya ditinggalkan dan tidak tahu mau apa lagi, mungkin kami sekarang ini seperti gerakan famili terlantar," ujar sambil guyon.
Sama halnya yang diungkapkan Iksan. Warga asal Talang Kelapa, Palembang, bersama kelompoknya menggarap lahan seluas 60 hektare.
"Sekitar delapan hektar sudah siap ditanami padi. Waktu itu kami siap menanam padi. Tapi kami dibubarkan. Selama di Kalimantan kami hanya fokus bertani, karena yang kami tahu program pertanian. Saat ini sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan dasar kami tinggal semunya di Kalimantan," beber Iksan.
Bukan hanya Sunarto dan Iksan yang harus rela meninggalkan lahan pertanian mereka di Kalimantan. Suladiman, warga Muara Telang, Banyuasin, memiliki lahan yang siap panen.
"Ada sekitar empat hektare, kalau yang sayuran sudah panen, tapi yang padi belum sempat panen. Saya murni mau bertani, tidak ada unsur apa pun. Selama kami di sana aktivitas kami hanya bertani. Maka itu saya bawa anak dan istri. Saya pamit keluarga dan mengurus surat pindah," kata dia.
Ditanyai lebih rinci latar belakangnnya, Suladiman mengakui lulusan sarjana ilmu informatika. Namun sejak dulu suka bertani dan menyambi sebagai buruh bangunan.
"Kondisi saat ini saya pusing dan mau tidur dulu. Saya tidak dipaksa, motivasi saya hanya bertani. Kita ini bukan orang hilang, karena saya pamit keluarga. Kami sangat menyayangkan adanya pemberitaan," ujar Suladiman.