TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beragam peristiwa yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia hingga Rabu (24/2/2016) tadi malam mendapat perhatian pembaca di tanah air.
Sebagian besar berupa peristiwa kriminal, di antaranya yang terjadi di Baturaja Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan yakni penemuan jasad Branch Operational Manager Bank Mandiri Cabang Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), Yoppy Nopriyanto (35).
Kematian Yoppy ini tidak diduga sama sekali oleh keluarganya terutama sang istri, Dokter Ninin karena sebelumnya Yoppy diketahui menghilang selama dua hari.
Apalagi jasad Yoppy ditemukan terkubur di kedalaman empat meter tidak jauh dari ditemukan mobil miliknya.
Masih di Sumatera Selatan, Tedy Umbara (29) nekat mengajak ayah kandungnya, Musron (47) untuk ikut membantunya menjual sabu.
Sementara dari Makassar Sulawesi Selatan, Polrestabes Makassar akan memberi hadiah kepada siapa saja yang mampu menangkap atau mengungkap kasus begal.
Polrestabes Makassar akan menghadiahi sejumlah uang bagi yang berhasil mengungkap kasus begal.
Manajer Bank Dibunuh
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
15 Latihan Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Bab 2 Kurikulum Merdeka, Di Bawah Atap
10 Latihan Soal & Kunci Jawaban IPS Kelas 9 SMP Bab 1, Interaksi Antarnegara Asia dan Negara Lainnya
Setelah dua hari menghilang, Branch Operational Manager Bank Mandiri Cabang Baturaja Ogan Komering Ulu (OKU), Yoppy Nopriyanto (35) akhirnya ditemukan, Rabu (24/2/2016).
Yoppy ditemukan tewas tidak jauh dari lokasi ditemukan mobil miliknya.
Mobil jenis Toyota Rush warna hitam bernopol BG 1594 RT tersebut ditemukan di Desa Lubai Persada, Kecamatan Lubau Ulu, Kabupaten Muaraenim
Kapolres OKU, ABP Dover melalui, melalui Kasat Reskrim, AKP Rivanda dan Kanit Pidum Novel membenarkan penemuan tersebut.
"Korban sekarang di kamar mayat. Kita masih melakukan penyelidikan kasus ini. Kondisi mayat kita temukan membengkak," katanya.
Korban ditemukan dalam semak tertimbun tanah.
Kasat belum bisa memastikan, motif pembunuhan itu. Namun pihak polisi sudah mengamankan dua tersangka.
"Ada dua tersangka di Polres. Kita belum bisa merilis namanya, ini masih penyelidikan dan interogasi. Tersangka yang jelas masih ABG," katanya.
Herman salah seorang keluarga korban menjelaskan kejadian bermula Minggu (21/2/2016) pagi Yoppy sempat ke kantor Mandiri Cabang Baturaja karena ada acara.
Sekitar pukul 11.30 siang ia kembali ke rumahnya di Perumahan Karang Sari, Desa Tanjung Baru, Baturaja OKU.
Pada pukul 23.00 WIB, Yusuf (anak buah Yoppy) pulang dari Palembang ke Baturaja dan hendak balik ke rumah, karena tinggal serumah.
Namun saat pintu digedor, Yoppy tidak menjawab dan kondisi pintu terkunci.
Sementara itu suara televisi dari dalam rumah terdengar keras. Mobil dinas yang terparkir juga tidak ada di halaman rumah.
"Karena beberapa kali menggedor pintu tidak ada jawaban, Yusuf tidur di teras rumah. Siangnya digedor juga masih tidak menjawab, Yusuf langsung ke kantor Bank Mandiri untuk menanyakan keberadaan Yoppy," ceritanya.
Benar saja, Yoppy tidak ada di tempat, ia hilang.
Kemudian pihak bank langsung menelepon istri Yoppy di Palembang, namun hasilnya sama.
"Pihak keluarga langsung melapor ke polisi atas kehilangan tersebut," katanya.
Herman menjelaskan, pihak keluarga tidak tahu yang bersangkutan hilang kemana. Ia juga menceritakan Yoppy juga tidak ada masalah dengan keluarga maupun temannya.
Kamis (25/2/2016) pukul 01.15 dini hari tadi, jenazah Yoppy Novrianto (35), akhirnya dimakamkan di TPU Kebun Bunga Kecamatan Sukarami Palembang.
Selama lebih kurang enam jam sebelumnya, jenazah Yoppy dilakukan autopsi tim forensik di RS Bhayangkara Palembang.
Ajak Ayah Jualan Sabu
Tedy Umbara (29) nekat mengajak ayah kandungnya, Musron (47) untuk ikut membantunya mejual sabu.
Tedy mengaku mengajak sang ayah agar narkoba berupa sabu dan ekstasi yang merupakan barang dagangannya dapat segera habis terjual.
Warga Jalan Pipa Lorong Renang Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarami Palembang itu juga nekat mengajak seorang keponakannya, Ribut Wahyudi (25) untuk membantu mengedarkannya.
Namun akibat ulahnya tersebut, kini ketiganya harus membayar mahal dengan mendekam di balik sel jeruji besi setelah berhasil diamankan Tim Khusus Ditres Narkoba Polda Sumsel.
Ketiganya, berhasil diamankan di dua tempat yang berbeda yakni di kediaman tersangka Ribut Wahyudi, Jalan Sukabangun II Kelurahan Sukajaya dan di Desa Sugih Waras Kelurahan Talang Jambi Kecamatan Sukarami, Palembang, Selasa (23/2/2016) sore.
Dari penangkapan terhadap ketiga tersangka tersebut, setidaknya petugas berhasil mengamankan barang bukti berupa sabu dan ekstasi yang masing-masing sebanyak empat paket sedang sabu seharga Rp 55 juta dan 33 butir ekstasi seharga Rp 3,9 juta.
Ditemui pada gelar tersangka dan barang bukti di Polda Sumsel, Rabu (24/2/2016), tersangka Tedy mengatakan, ia memang sengaja mengajak ayahnya serta keponakannya untuk menjualkan barang haram tersebut agar dapat segera laku terjual.
"Baru dua minggu bisnis narkoba dan itu saya ambil dari bandar berinisial A (DPO) di pinggir jalan depan Hotel Aston Palembang," ungkapnya.
Diceritakan tersangka Tedy, ia mengenal A saat mendekam dalam Rutan Pakjo Kelas I A Palembang selama lima tahun dalam kasus serupa. Dan selama di Rutan, ia sempat satu kamar dengan A.
"Saya bebas bulan Juli 2015 lalu. Setelah bebas, persisnya dua minggu yang lalu, A menelepon saya dan menawarkan bisnis ini," terangnya.
Lantaran sedang tidak memiliki pekerjaan, Tedy pun akhirnya menerima tawaran tersebut.
"Karena kemarin dikasih bahan cukup banyak, makannya saya ajak ayah dan keponakan saya itu untuk membantu mengedarkannya," jelasnya.
Hadiah Tangkap Begal
Maraknya pelaku tindak kejahatan jalanan atau popouler dengan istilah begal di Makassar, membuat pihak kepolisian mengeluarkan berbagai cara untuk menanganinya.
Salah satu cara yang akan dilakukan Polrestabes Makassar adalah dengan memberi hadiah kepada siapa saja yang mampu menangkap atau mengungkap kasus begal.
Wakapolrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait, mengatakan guna memberantas tindak kriminal curas, curat dan curanmor atau begal, pihaknya akan memberi hadiah bagi siapa saja yang berhasil mengungkap ataupun menangkap pelaku.
Hal itu disampaikan pada dialog pemberantasan begal yang dihadiri oleh pihak Kejari Makassar, Dinas Sosial Makassar, jajaran TNI dan ormas, Rabu (24/2/2016).
"Baik jajaran personel kepolisian maupun masyarakat umum jika menemukan para pelaku dan langsung mengantar atau mengungkap akan diberi reward sebanyak satu juta rupiah untuk satu pelaku," ungkapnya.
Akhir-akhir ini tindakan kejahatan jalanan atau begal yang memakan korban semakin meningkat di Makassar.
Yang terbaru aksi begal merenggut nyawa Ayunda Musyarrafah, yang merupakan salah satu kader IMM yang juga menjabat sebagai wakil ketua Nasyiatul Aisiyah Wilayah, di Jln Hertasning Makassar, Minggu (21/2/2016).
Tertipu Puluhan Juta
Elide (38) kecele karena selain tak dapat panggilan menjadi anggota Satpol PP Kota Batam, sementara uang Rp 33 juta miliknya melayang.
Ia memberikan uang administrasi kepada seorang guru sekolah menengah pertama bernama Jalius yang sekaligus sebagai perantara yang dapat memasukkan orang ke Satpol PP Kota Batam.
Sudah tujuh bulan Elida menunggu panggilan tapi tak pernah ada. Akhirnya ia dan suaminya, Hasrat, melaporkan Jalius ke Polresta Barelang atas dugaan penipuan.
Hasrat lah orang yang mendorong Elida menjadi anggota Satpol PP karena mendapat perantara yang dikenalnya, yakni Jalius. Ternyata di balik penampilannya, Jalius adalah penipu.
"Saya tertipu. Saya kira Pak Jalius seorang guru baik, ternyata melenceng. Makanya saya nggak senang. Makanya saya lapor ke polisi. Saya merasa ditipu," ujar Hasrat kepada wartawan, Rabu (24/2/2016).
Hasrat sangat terbebani karena uang yang diserahkan kepada Jalius adalah hasil meminjam dari bank dengan jaminan sertifikat rumahnya.
Ia berharap istrinya dapat bekerja dan menerima gaji untuk mengangsur pinjaman kepada bank.
"Saya pusing sekarang ini. Saya harus pikir bayar cicilan bank Rp 3 jutaan per bulan. Saya gadaikan sertifikat rumah saya hanya uang untuk administrasi memasukkan istri saya kerja," kata Hasrat.
Tak hanya Elida yang tertipu karena masih banyak orang lain sebelumnya.
Jalius membenarkan sebagai perantara untuk memasukkan Elida sebagai anggota Satpol PP Kota Batam.
Ia membantah menipu karena uang Elida sudah ia serahkan untuk biaya administrasi kepada Satpol PP melalui pria bernama Samsudin.
Pria ini, menurut Jalius, adalah seorang pegawai negeri sipil di Satpol PP Kota Batam. Ia berdalih, penyetoran uang administrasi tersebut dilengkapi bukti kuitansi bermaterai.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Kantor Satpol PP Kota Batam, Hendri, mengaku tak tahu-menahu soal masalah itu. Ia memastikan untuk menjadi anggota Satpol PP tidak ada pungutan.
Berdasar penelusuran Tribun Batam dari beberapa sumber, ada belasan kopi kuitansi uang administrasi masuk anggota Satpol PP.
Di dalam kuitansi bermeterai Rp 6.000 itu, nilai uangnya bervariasi, termasuk uang dari Hasrat yang tercatat Rp 33 juta sebagaimana diserahkan Jalius.
Jalius mengantongi sejumlah kuitansi pembayaran, satu di antaranya tertanggal 28 Maret 2015.
Kuitansi yang diterima dari Jalius berisi, "uang sejumlah lima belas juta rupiah." Uang tersebut untuk pengurusan surat-surat kerja Satpol PP atas nama MIS. Ada juga yang nilainya Rp 10 juta.
Hendri membantah semua tuduhan tersebut.
"Saya enggak tahu-menahu soal itu. Lagian bukan tanda tangan saya di kuitansi itu," Hendri berdalih.
Menurut sumber, korban rekrutmen Satpol PP ini terkait masalah penggajian 800 orang pegawai honorer Satpol PP yang gagal dikucurkan tahun lalu, karena tidak ada dalam mata anggaran.
Akhirnya, sebagian besar mereka dirumahkan. Namun, hingga sejauh ini hanya Hasrat dan istrinya yang melaporkan kasus penipuan ke Polresta Barelang.
Masalah semakin runyam karena Menteri Dalam Negeri mengeluarkan edaran bahwa Satpol PP harus pegawai negeri sipil dan tidak ada pegawai honorer. (*)