News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polisi Stres Bunuh Dua Anaknya

Mengapa Brigadir Petrus Bakus Tega Memutilasi Dua Anaknya? Ini Kajiannya dari Sisi Psikologi

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Robertus Rimawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Brigadir Petrus Bakus, anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalimantan Barat yang tega melakukan tindakan yang sadis menyita perhatian khalayak.

Peristiwa mengerikan itu terjadi pada Jumat (26/2/2016) sekitar pukul 00.40 WIB dini hari.

Sebelumnya Kapolda Kalimantan Barat (Kalbar) Brigjen Pol Arief Sulistyanto mengatakan, ada dugaan Brigadir Petrus terkena penyakit mental skhizophrenia.

Sementara Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti meralat dan menyatakan kalau pelaku tidak mengalami gangguan jiwa melainkan hanya kesurupan.

Benarkah demikian?

Bila ternyata yang benar adalah pernyataan Kapolda Kalbar bahwa Brigadir Petrus mengidap  skizophrenia, seperti apakah gangguan mental ini?

Berikut kajian dari dokter spesialis kedokteran jiwa.

Berdasar arsip Tribun temu media dengan Dr A A Ayu Agung Kusumawardhani SpKJ(K), pada 20 Oktober 2014, saat itu ia menjabat sebagai Ketua Seksi Skizofrenia Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengatakan, gangguan ini bisa diobati, bukan hal akhir dari segala-galanya.

Ia menyebut skizofrenia adalah gangguan di bagian otak.

Penyakit ini dipicu sebuah masalah dan ia memiliki masalah di bagian otak, bukan guna guna kutukan atau santet.

Gangguan ini serius tapi bisa diobati. Ini memang mengganggu cara berfikir, mengekpresikan, situasi lingkungannya sehingga menganggu sistem otak.

Skizofrenia merupakan suatu penyakit jiwa berat dan seringkali berlangsung kronis.

Adapun gejala utama berupa gangguan proses pikir sehingga pembicaraan sulit dimengerti, isi pikir yang tidak sesuai realita (delusi / waham), disertai gangguan persepsi panca indera yaitu halusinasi, dan disertai tingkah laku yang aneh, seperti berbicara atau tertawa sendiri.

Gejalanya ditandai penurunan fungsi kognotif mood dalam rasa.

Bisa dipicu penyalahgunaan zat sehinggga menyebabkan disfungsi sehingga pasien itu tidak bisa berkomunikasi dengan sekitarnya.

Jika tidak menjalani perawatan dengan baik fungsi belajar jadi terganggu.

Lebih lanjut ia mengatakan, gangguan jiwa ini kerap muncul di usia produktif yaitu 15-25 tahun.

Penyakit mental ini prlu dilakukan terapi sedini mungkin, agar dapat meningkatkan kemungkinan pemulihan yang sempurna.

Berdasarkan penelitian, dua tahun pertama mendapatkan terapi  yang benar maka pemulihan bisa cepat.

"Kalau telat diatas 2 tahun sembuhnya sedikit, sedangkan kalau lima tahun lebih sedikit susah," ujar Dokter Agung, saat temu media Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2014 'Living with Schizophrenia' di Jakarta.

Saat remaja mulai gejala-gejala waham halusinasi.

Waham didefinisalkan mempersepsikan kejadian aneh.

Ini adalah gangguan isi pikir yang ditandai omong sulit dimengerti atau tidak nyambung.

Bukan Guna-guna

Dijelaskan, kata skizofrenia berakar dari bahasa Yunani, schizein (terbelah) dan phren- (pikiran).

Penderitanya akan memiliki kesulitan memproses pikirannya sehingga timbulah halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicara yang tidak wajar.

Gejalanya ditandai penurunan fungsi kognotif mood dalam rasa.

Bisa dipicu penyalahgunaan zat sehinggga menyebabkan disfungsi sehingga pasien itu tidak bisa berkomunikasi dengan sekitarnya.

Keterangan Kapolri

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti menegaskan Brigadir Petrus Bakus tidak mengalami gangguan jiwa.

Petrus merupakan anggota Sat Intelkam Polres Melawi yang membunuh dan memutilasi dua anaknya,

"‎Dia ini kesurupan, kalau tidak ada tanda-tanda bagaimana bisa mengetahui? Itu tertentu saja. Bisa jadi begitu hanya saat ada masalah, tidak bisa dideteksi dilihat perilakunya, keluarga mungkin tau," tutur Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Jumat (26/2/2016) di Mabes Polri Jakarta.

‎Disinggung apakah pihaknya kecolongan karena Brigadir yang mengalami kesurupan bisa lolos saat tes masuk anggota Polri, hal itu dibantah Badrodin.

"Selama ini tes kejiwaan sudah dilakukan, dia ini kan kesurupan.‎ Dalam rekrutmen sudah ada upaya tes itu. Kalau seperti ini bisa jadi hanya saat ada masalah, tidak bisa dideteksi dilihat perilaku, keluarga mungkin tau," ujarnya.

Untuk diketahui, Jumat ( 26/2/2016) sekitar pukul 00.15 WIB di Asrama Polres Melawi, Jl Nanga Pinoh Kab Melawi, Kalimantan Barat terjadi peristiwa sadis.

1. FB (4) mengalami luka di leher, tangan kiri dan kanan terpotong diatas siku, dan kedua kaki terpotong diatas lutut.

2. ‎AM (3) mengalami luka di leher, ketua tangan terpotong diatas lengan, kedua kaki terpotong diatas lutut.

Kejadian bermula saat pelaku membawa kedua anaknya menuju ke rumah dinas Kasat Intel AKP Amad Kamiludin di Asrama Polres Melawi. Sesampainya disana, pelaku dan dua anaknya hanya bertemu‎ dengan Kapolsek Menukung, AKP Sofyan.

Di rumah tersebut, Kapolsek dan Kasat Intel tinggal dalam satu rumah, lalu Kapolsek bertanya "ada apa malam-malam membawa anak kesini? "

Kemudian ‎pelaku menjawab mau bertemu Kasat Intel. Dijawab oleh Kapolsek, kasat Intel sudah tidur. Lalu pelaku pamit pulang ke asrama.

Sekitar 15 menit, ‎terdengar teriakan istri pelaku lalu Kapolsek beserta anggota piket termasuk tetangga menghampiri dan didapatkan pelaku sudah menyerahkan diri dan berujar : siap saya salah Pak.

Di dalam rumah pelaku ada dua anaknya yang sudah meninggal dan termutilasi di beberapa bagian tubuh, sementara istrinya menyelamatkan diri ke rumah dinas Kapolres Melawi.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini