TRIBUNNEWS.COM, MUARAENIM -- Suasana rumah almarhum Ascep Sunarto (27)\, warga Dusun VIII, Desa Gunung Megang Luar, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muaraenim, terlihat ramai oleh pelayat baik yang berasal dari keluarga maupun dari rekan-rekan kerja dan keluarga besar PT KAI Drive III Sumsel.
Tampak sekitar 10 karangan bunga ucapan belasungkawa berjejer rapi di depan halaman rumah almarhum.
Selain itu, terlihat beberapa lokal tenda dan ratusan pelayan terlihat baru usai mengantarkan almarhum ketempat peristirahatan terakhir di TPU Desa Gunung Megang, Kabupaten Muaraenim.
Di dalam rumah permanen tersebut terlihat keluarga besar korban, masih dirundung duka yang mendalam, bahkan istri almarhum Ulul Azmi Oktarina dan ibunda almarhum Mutmainah (47) terlihat sesekali menangis tersedu-sedu terutama ketika sanak dan familinya serta rekan kerja almarhum mengucapkan belasungkawa.
Menurut Sudarman (53), almarhum Ascep Sunarto (27) adalah anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya bernama Dwi Yuni Puspita (25) dan sudah menikah dikarunia satu anak.
Sedangkan almarhum baru menikah sekitar 10 bulan yang lalu tepatnya tanggal 17 Mei 2015.
Selama menikah tidak ada permasalahan dan sangat harmonis baik dengan istrinya maupun dengan keluarga besarnya.
"Saya dan istri saya benar-benar tidak ada firasat, jika akan ditinggalkan almarhum secepat ini. Namun apapun itu, tentu sudah suratan yang maha kuasa," ujar Sudarman tegar.
Namun dikatakan Sudarman, meski dirinya tidak mempunyai firasat, tetapi uwaknya di Tanjungenim, sempat bermimpi dan bercerita kepadanya jika di rumahnya pada malam Jumat ada keramaian seperti sedekah. Dan mungkin, mimpi itu adalah musibah ini.
Masih dikatakan Sudarman, bahwa almarhum selain pendiam juga termasuk anak yang pandai, meski tidak juara pertama, tetapi pernah ketika tamat SMPN 1 Gunung Megang menjadi juara umum.
Kemudian ia melanjutkan ke SMKN 2 Muaraenim mengambil jurusan mesin. Usai menamatkan sekolah, ia sempat menjadi guru honor di SMKN 1 Benakat dan ketika ada penerimaan PT KAI iapun ikut tes dan berhasil lulus diterima di PT KAI pada tahun 2011.
"Rencananya hari ini (Selasa,red), ia memang mau pulang ke rumah, nelpon ibunya karena sedang off. Tetapi tidak dengan istri karena bekerja," kata Sudarman.
Hal senada juga dikatakan oleh ayah Mertua almarhum Ferry Soenafil, bahwa ia tidak mempunyai firasat apa-apa, dan hubungan anaknya sangat harmonis.
"Saya juga kaget ketika ditelepon ada musibah ini," ujarnya singkat.
Sementara itu Humas PT KAI Divre III Sumsel Jarkasih mengatakan, almarhum yang bertugas sebagai asisten masinis meninggal murni sedang melaksanakan tugas dan dianggap Syuhada.
Untuk itu, sesuai keputusan Direksi PT KAI, setiap karyawannya yang meninggal karena menjalankan tugas, maka PT KAI memberikan kesempatan kepada ahli waris untuk bekerja di PT KAI sebagai bentuk perhatian PT KAI.
Untuk uang duka tahap pertama sebesar Rp 71 juta kepada ahli waris, untuk selanjutnya akan diurus kemudian.