Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU), Dr Arwin Juli Rahmadi Butarbutar menjelaskan, setiap dokumentasi fenomena gerhana matahari total akan disimpan guna dijadikan bahan penelitian.
Selain itu, data tersebut akan diserahkan kepada lembaga yang membidangi astronomi.
"Tentu akan kami jadikan database untuk melakukan penelitian-penelitian terkait dengan matahari, dengan alam, termasuk juga data akan kami informasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang astronomi. Seperti National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), serta majelis tarjih tarjih Muhammadiyah," ungkap Arwin, Rabu (9/3/2016).
Ia mengatakan, alat yang digunakan untuk melihat kemunculan gerhana matahari total ini cukup mahal. Harga alat teleskop itu mulai dari harga termurah Rp 2 juta hingga ratusan juta.
"Harganya mahal. Satu alat bisa sampai Rp 140 juta," ungkap Arwin.
Tarkait fenomena gerhana matahari total ini, diprediksi akan terjadi di Indonesia pada 20 April 2042 dan 12 September 2053.
Tetapi wilayah Indonesia akan dilintasi oleh gerhana matahari cincin dan total secara bersamaan pada 20 April 2023 dan 25 November 2049.
"Gerhana matahari setiap tahun terjadi. Hanya saja, tidak pada satu tempat yang sama. Setiap tahun berbeda, ke satu tempat, ke tempat yang lain. Tetapi pada satu titik yang sama, tempat yang sama, terlebih gerhana matahari total, itu akan terjadi ratusan tahun," kata Arwin. (ray/tribun-medan.com)