News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hasto: PDIP Meminta Kepala Daerah Perhatikan Budaya

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto‎ saat berdialog dengan Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar di Balai Adat Melayu, Pekanbaru, Sabtu (19/3/2016).

 TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU-PDI Perjuangan terus berjuang agar ‎Indonesia yang berkepribadian dalam budaya terus diimplementasikan. Apalagi begitu derasnya terpaan globalisasi dan liberalisme.

Oleh karena itu, PDI Perjuangan meminta kepada kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan untuk selalu memberikan perhatian di bidang kebudayaan.

Hal itu disampaikan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto‎ saat berdialog dengan Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar di Balai Adat Melayu, Pekanbaru, Sabtu (19/3/2016).

Hasto mengingatkan bahwa berpolitik tidak‎ hanya kekuasaan tapi juga soal kebudayaan. Sehingga pendekatan budaya menjadi penting.

"‎Kebijakan DPP PDIP meminta kepala daerah memperhatikan dan mengembangkan adat," tegas Hasto.

"Dengan silaturahmi, ini sejalan agar budaya menjadi benteng dari liberalisasi yang luar biasa. Modernisasi seharusnya tidak menjadikan Riau kehilangan nilai budaya," jelas Hasto.

Dalam kesempatan itu, Hasto menceritakan bahwa PDIP sedang mengumpulkan u‎ngkapan bijak dari seluruh Nusantara Termasuk peribahasa Melayu yang dikenal begitu banyak.

Kompilasi peribahasa ataun ungkapan bijak itu nanti akan diterbitkan dalam bentuk buku.

Sebagai bagian dari menjaga spirit kebudayaan, Hasto juga menjelaskan bahwa PDIP pada awal April, akan menggelar sekolah kebudayaan.

Kerjasama PDIP dengan Padepokan Bagong Kusudiarjo dan Luluk Sumiarso. Setiap provinsi akan diminta mengirimkan dua orang untuk ikut di sekolah kebudayaan tersebut.

Sementara itu, Al Azhar mengatakan kunjungan Sekjen PDIP secara resmi ke Balai Adat Melayu sangat diapresiasi.

"Ini ‎kali pertama sebuah partai bersilaturahmi dengan Balai Adat Melayu. Memang banyak pengurus partai yang pernah hadir disini tapi atas nama pribadinya," ujar Al Azhar.

"Kami berterimakasih dan merasa dihargai oleh PDIP dengan kunjungan ini," papar Al Azhar yang kemudian memperkenalkan sejumlah pengurus harian LAMR kepada Hasto.

Dalam kesempatan itu, Al Azhar memaparkan Lembaga Adat Melayu Riau didirikan 6 Juni 1970 oleh sekelompok orang yg merasa prihatin tentang melemahnya adat dan kebudayaan.

Padahal kebudayaan itu mencirikan suatu daerah. Namun, dia senang dengan kampanye PDIP dan Pemerintahan Jokwi yang mengembangkan ajaran Trisakti berkepribadian dibidang kebudayaan.

"Perjuangan kita adalah pelestarian nilai-nilai luhur dan praktik kebudayaan. Akibat perubahan zaman dan geliat ekonomi, dimana Riau dijadikan penyangga perekonomian nasional maka banyak pendatang ke Riau sehingga dibanding daerah lain," lanjut Al Azhar.

"Maka, ketahanan budaya Riau paling banyak diserang. Sehingga terjadi kejutan kebudayaan yang bisa melahirkan dua sikap. Yakni termotvasii masuk kemajuan itu atau tertepi dalam kelaraan yang abadi," papar Al Azhar.

Oleh karena itu, LAMR berperan untuk masuk ke wilayah yang terkena terpaan modernisasi.

"LAMR harus masuk ke kawasan itu. Memperbaiki bukan semnagat melawan. Kebaruan bisa match dengan budaya kita, sehingga kita ikut tidak hanya menonton. Kami meminta dukungan PDIP untuk memposisikan LAMR sebagai kekuatan transformasi," ucap Al Azhar.

Hasto yang hadir dengan berpakaian Melayu Riau juga mencoba membacakan pantun yang telah disiapkannya. Karena Hasto mengatakan di Riau, pantun sangat dikenal dan menjadi bagian budaya masyarakat Riau.

Diakhir kunjungan ke Balai Adat Melayu Riau, Al Azhar memberikan bingkisan dua buku berjudul ‎Tunjuk Ajar Melayu dan Pemimpin dalam Ungkapan Melayu‎ karya Tenas Effendy untuk disampaikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini