News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Semula Malas Kuliah, Tapi Akhirnya Arida Jadi Wisudawati Terbaik ITS dengan IPK 3,89

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arida Wahyu Barselia, wisudawati jurusan Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya peraih IPK 3,89.

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - "Saya ikut tes Fakultas Kedokteran dan Sekolah Kedinasan pada 2011 tapi gagal," ujar Arida Wahyu Barselia, wisudawati jurusan Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya peraih IPK 3,89 pada SURYA.co.id, Selasa (22/03/2016) sore.

Saat itu, gadis yang akrab disapa Arida ini, sempat putus asa bahkan orangtuanya pun ikut heran mengapa ia sampai gagal di tes-tes tersebut.

"Padahal saya memang ingin sekali masuk kedokteran, tapi ya mau bagaimana lagi," cerita Arida sambil tersenyum.

Meski gagal, gadis asal Kediri itu tidak patah semangat. Setelah off selama satu tahun, pada 2012 ia mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur tertulis.

Ia memilih Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sebagai pilihan pertama dan jurusan Biologi ITS sebagai pilihan kedua.

Lagi-lagi, ia gagal menembus Fakultas Kedokteran. "Kalau diingat-ingat ya lucu juga, karena mungkin memang tidak jodoh dengan Fakultas Kedokteran," kenangnya. Ia bahkan jauh-jauh ikut tes di Bali setelah mendaftar.

Ia pun sempat belum bisa menerima kegagalannya ketika sudah berkuliah di ITS.

"Setelah dijalani ternyata saya mulai betah. Suasananya di sini enak dan nyaman. Teman-teman, senior, dan dosennya juga akrab dan baik. Lama-lama akhirnya saya menerima," kata gadis kelahiran 1 Agustus 1992 itu.

Arida menjalani masa kuliah dengan aktif berorganisasi dan berkarya. Ia aktif di Himpunan Mahasiswa Biologi sebagai Ketua Divisi Keilmiahan Departemen Sains dan Teknologi, di Badan Eksekutif Mahasiswa ITS sebagai Ketua Divisi Internal Trainer Kementrian Riset dan Teknologi, serta tergabung dalam Komunitas Arsitektur Mangrove ITS.

Ia juga mengirimkan karya ilmiahnya dalam Program Kreativitas Mahasiswa 2013 dan mendapatkan hibah dana Kemenristekdikti sebesar Rp 11 juta.

Walau sibuk berorganisasi dan berkarya, Arida tidak lalai dalam kuliah. Indeks Prestasinya stabil di atas 3,8 sejak semester 1. Ia meraih nilai A di banyak mata kuliah sulit yang sering dikeluhkan teman-temannya.

"Semester satu dapat IP 3,9. Sebenarnya kaget karena saya juga jarang belajar. Tapi saya selalu duduk di depan ketika dosen memberi kuliah. Saya juga suka mencatat materi dan cara belajar saya ya hanya begitu," ujarnya sambil tersenyum.

Di semester 7, Arida sengaja menghabiskan sisa 24 sks dan lulus dalam 3,5 tahun dengan IPK 3,89 dan menyandang predikat cumlaude. Selain itu Arida juga menjadi peringkat ketiga di wisuda periode Maret.

Di bawah bimbingan Dr techn Endry Nugroho Prasetyo MT, ia menyelesaikan tugas akhirnya yang berjudul Peningkatan Masa Simpan Aktivator Kompos Melalui Variasi Sumber Nitrogen.

"Tugas akhir saya adalah hasil modifikasi dari proposal PKM saya yang didanai Kemenristekdikti pada 2013. Bedanya dulu lebih dalam mengenai botani, kali ini lebih meneliti tentang mikrobiologi," jelas putri pasangan Sarbini dan Siti Astutik.

Penelitian itu menghasilkan aktivator kompos yang kemudian diaplikasikan dalam skala industri di Madura. Namun saat ini sedang terhenti karena Arida fokus mempersiapkan kuliah S2 di Jepang.

"Rencananya ke Shizuoka University berdasarkan rekomendasi dari dosen pembimbing, tapi saya coba daftar ke Tokyo University juga," kata gadis berjilbab itu.

Arida menambahkan, orangtuanya tidak mempermasalahkan pilihan universitasnya, hanya saja mereka khawatir dengan kehidupannya di sana.

"Orangtua jelas khawatir, kan saya perempuan dan di sana nantinya akan hidup sendirian," ujarnya.

Ia mencoba menjelaskan pada orangtuanya bahwa di sana juga banyak mahasiswa asal Indonesia. Tapi ia juga tidak mau memaksa jika orangtua tidak mengijinkan.

"Saya ingat pesan dari dosen pembimbing bahwa hidup itu pilihan dan saya harus memilih sesuai dengan apa yang saya yakini tapi tidak melupakan restu orangtua," katanya.

Di manapun akhirnya, Arida tetap ingin melanjutkan sekolah.

"Sayang sekali jika sampai kehilangan waktu. Kehilangan uang tidak apa-apa, asal jangan membuang kesempatan. Saat ini masih ada waktu untuk sekolah lagi, saya ingin memanfaatkannya dengan baik," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini