TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Kabupaten Gunungkidul mengalami kekurangan tenaga apoteker di puskesmas yang tersebar di 18 kecamatan.
Dari total 14 puskesmas rawat inap, baru tersedia tiga orang apoteker sehingga membuat pelayanan kurang maksimal.
Tiga orang apoteker yang dimiliki tersebut dua di antaranya bertugas di kantor Dinas Kesehatan dan satu orang lainnya bertugas di Puskesmas Ponjong 1.
Untuk mengampu 13 puskesmas rawat inap yang belum memiliki apoteker, dinas hanya mengandalkan dua orang yang bertugas di Kantor Dinas Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Agus Prihastoro mengatakan akibat terbatasnya jumlah apoteker yang dimiliki, beban berat harus ditanggung oleh dua apoteker yang bertugas di kantor Dinas Kesehatan.
Mereka harus mengampu 13 puskesmas rawat inap yang tersebar di beberapa kecamatan.
“Teorinya, 14 puskesmas rawat inap harus ada apotekernya. Kenyataannya, baru satu yang memiliki apoteker. Dua orang petugas kita (apoteker di dinas kesehatan) sampai kerepotan untuk mengampu dari sekian puskesmas,” jelasnya, Senin (18/4/2016).
Keberadaan apoteker di puskesmas rawat inap ini menurut Agus cukup penting karena apoteker lah yang menentukan obat untuk diberikan kepada pasien setelah mendapatkan resep dari dokter.
Namun kenyataanya, selama ini di puskemas-puskemas rawat inap yang belum memiliki apoteker hanya bergantung dari apoteker yang ditugaskan di kantor Dinkes atau asisten apoteker.
Untuk mengatasi kekurangan apoteker tersebut, dinas sebenarnya sudah menawarkan kepada masing-masing puskesmas untuk membuka penerimaan pegawi tenaga harian lepas (THL).
Hanya saja, kesempatan itu tidak dimanfaatkan oleh puksesmas untuk membuka lowongan apoteker.
“Puskesmas sekarang kan statusnya BLUD yang bisa menerima THL sendiri. Tapi mereka tidak mau. Mungkin masalah bisa mengurangi kesejahteraan mereka (kesejahteraan pegawai puskesmas bisa berkurang dengan penerimaan THL),” katanya. (has)