Laporan Wartawan TribunSolo.com, Galuh Palupi Swastyastu
TRIBUNNEWS.COM, SOLO -Tanggal 28 April nanti, tepat 20 tahun wafatnya Ny Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto), istri dari Presiden Soeharto (Pak Harto).
Bu Tien wafat pada 28 April 1996, sedangkan Pak Harto wafat pada 27 Januari 2008. Keduanya wafat karena sakit.
Jenazah mereka dimakamkan berdampingan, di Astana Giribangun, Girilayu, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jateng.
Di Solo, Jawa Tengah ada beberapa tempat yang identik dengan Bu Tien (dan Pak Harto), antara lain Pura Mangkunegaran dan Dalem Kalitan.
Dalem Kalitan adalah rumah pribadi keluarga Pak Harto di Solo.
Adapun Pura Mangkunegaran merupakan pura yang berhubungan dengan kekerabatan Bu Tien.
Informasi yang diperoleh TribunSolo.com, Ibu Tien termasuk keturunan keluarga Mangkunegaran, yaitu canggah dari Mangkunegoro III.
Jauh hari sebelum wafat, Bu Tien meninggalkan warisan berharga untuk Pura Mangkunegaran di Jl Ronggowarsito, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.
Menurut abdi dalem Kawedanan Satrio Pura Mangkunegaran, Raden Mas Ngabehi FX Hadi Widanarno, Ibu Tien meninggalkan dana abadi sebesar Rp 4 miliar untuk Mangkunegaran.
"Sejumlah uang itu digunakan untuk kemajuan Mangkunegaran, seperti pelestarian budaya dan yang lainnya," kata FX Hadi Widanarno, yang juga buyut dari Mangkunegoro V, kepada TribunSolo.com di Pura Mangkunegaran, Sabtu (2/4/2016).
Dana abadi dari Ibu Tien ini disimpan dalam bentuk deposito.
FX Hadi Widanarno melihat warisan ini relatif besar, dan tidak akan habis dalam beberapa generasi.
"Saya rasa sangat berguna, tidak akan mudah habis karena bentuknya deposito," katanya.
"Itulah gagasan yang cerdas dan bijak dari seorang ibu Negara (kala itu)," ujar FX Hadi Widanarno.
Di kalangan kerabat Mangkunegaran, Ibu Tien memang terkenal sebagai sosok yang punya andil besar terhadap kemajuan pura tersebut.
Selain meninggalkan deposito, Ibu Tien juga pernah mempopulerkan motif batik sekar jagad, motif batik milik Mangkunegaran.