Laporan Wartawan Surya, Sudharma Adi
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Buku adalah sumber pengetahuan sekaligus jendela dunia begitu diyakini Diena Cahyani, pemilik sekaligus guru Pendidikan Anak Usia Dini 'Mutiara Hati.'
Kesukaannya terhadap buku, membuat perempuan bertudung ini memiliki koleksi lebih dari seribu novel, khususnya novel horor, majalah dan komik.
Pembawaan Diena begitu supel, matanya selalu berbinar, menyiratkan semangat hidupnya berkobar.
Gaya bicara ibu tiga anak ini ceplas ceplos, apa adanya, terpengaruh karena pengetahuannya yang luas dari segala bacaan.
Perempuan kelahiran 15 juni 1973 ini tak menampik hanya lewat buku, manusia bisa meraih masa depan lebih cerah.
Apalah arti sebuah sertifikat sarjana, jika nantinya manusia hanya jadi pesuruh atau 'robot' pekerja yang tak mampu mencerahkan orang lain.
"Ini yang sering saya sampaikan kepada tiga anak saya, di mana setinggi apapun sekolah yang diraih, membaca buku tetap harus jadi pondasi utama meraih masa depan," terang Diena ditemui di rumahnya di Jalan Pangrango 8, Kota Mojokerto, Senin (2/5/2016).
Kesukaan Diena pada buku sejatinya dimulai sejak kecil. Bapaknya, Sucahyo, yang seorang pengacara sering membelikannya buku komik legendaris macam Tintin karangan Herge.
Ia juga sering membaca komik Donald Bebek hingga majalah remaja putri. Saking suka membaca, sejak duduk di bangku SMA sudah mulai mengoleksi berbagai buku novel detektif dan petualangan karangan Agatha Christie hingga S Mara GD.
Menginjak kuliah di Akademi Litigasi RI (Altri) di Jakarta, berbagai buku disantapnya. Kesukaaan membaca buku, membuat pikiran istri pengacara Deni Prasetyawan ini makin terbuka.
"Saya memilih 'kabur' alias tak melanjutkan kuliah. Saya hanya kuliah sampai semester tiga," terang Diena.
Dunia baca membaca buku terus berlanjut hingga dia berkeluarga. Ketika menjadi ibu rumah tangga, dia sering membeli buku-buku kesukaannya.
Hampir setiap malam dia selalu menyempatkan membaca tiga sampai empat buku, dan per bulan uang Rp 300 sampai Rp 400 ribu sudah dianggarkan untuk membeli buku.
Saking sukanya membaca, dia tak melepaskan dari buku ketika masuk ke WC, seperti kata pepatah Arab, "Buku merupakan sebaik-baiknya teman di mana pun berada."
"Buku saya ada di mana-mana, di kamar hingga WC," cerita dia.
Kesukaan pada buku rupanya membuatnya fokus pada novel-novel berbau horor. Dia mengoleksi novel horor dari pengarang lokal.
Contohnya buku karangan Ruby Astari yakni Reva's Tale, Days of Terror karangan Ruwi Meita, hingga Death File 666 dan Death Case 666 karangan Rudiyant. Saat ini ada ratusan novel horor yang dimiliki.
"Ada keasyikan tersendiri ketika membaca buku horor. Saya suka karena menilai bahwa hantu itu ada, tapi jangan pernah takut dengannya. Bahkan saya melihat hantu itu ada dalam hati ketika manusia berbuat jahat," papar Diena.
Kesukaan pada dunia baca buku ini turut membuka pikirannya pada dunia pendidikan. Dia lalu membuka PAUD Mutiara Hati sekaligus Taman Bacaan sejak 2006 lalu.
Sebagian koleksi buku yang dimilikinya kemudian dimanfaatkan murid-murid PAUD. Namun tak semua koleksi bacaan yang jumlahnya lebih dari seribu buku itu didistribusi ke PAUD dan Taman Bacaan.
"Yang jadi koleksi di Taman Bacaan memang komik dan majalah dan cerita untuk anak. Sedangkan novel horor, masih jadi koleksi pribadi di rumah," tutur dia.
Tak hanya dimanfaatkan untuk belajar dan mengembangkan budaya membaca di PAUD yang dimilikinya. Dia pun punya obsesi yang ingin diwujudkan, yakni membuka cafe book, harapannya semua orang bisa membacanya.
"Saya tak ingin orang hanya makan minum saja, tapi juga membaca. Buku adalah jendela dunia," sambung Diena.