Laporan Wartawan Tribun Batam, Wahib Wafa
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Berita tertangkapnya pembunuh Feby Kurnia, mahasiswi UGM asal Batam, sudah didengar Yusni, ayah korban dan keluarga besarnya.
Yusni mendengar langsung tertangkapnya Eko Agus (26), warga Wonokromo, Pleret, Kabupaten Bantul, Selasa (3/4/2016) sekitar pukul 16.45 WIB, langsung dari anggota Polresta Yogyakarta.
"Bapak sudah tahu soal penangkapan pria yang diduga sebagai pelaku. Bapak sedikit lega pelakunya sudah ditangkap," kata Fredi, kerabat korban di rumahnya, Selasa (3/5/2016).
Fredi mengatakan ayah Feby dan keluarga besarnya mengucapkan terima kasih ata kinerja aparat kepolisian yang sudah mengungkap siapa pembunuh anaknya.
"Bapak juga tadi bilang lega dan berterimakasih kepada polisi di sana yang dengan cepat langsung menangkap," imbuh Fredi.
Balas Pesan Ibu Feby
Eko Agus (26) mengaku telah membunuh Feby Kurnia Siregar, mahasiswi semester dua MIPA UGM yang ditemukan tewas membusuk di toilet kampus.
Anggota Polres Sleman menangkap pelaku di pinggir jalan di depan rumahnya di Wonokromo, Pleret, Kabupaten Bantul, Selasa (3/4/2016) sekitar pukul 16.45 WIB.
Eko mengakui sempat membalas pesan pendek Nurcahaya Ningsih, ibunda korban, menggunakan ponsel Feby yang telah dibunuhnya.
Nurcahaya menunjukkan pesan pendek terakhir dari ponsel Feby pada Jumat, 29 April 2016. TRIBUN JOGJA
Bahkan, Eko sempat mengangkat telepon dari ibunda korban yang masuk ke ponsel Feby itu. Pelaku mengakui nekat mencekik dan membunuh korban karena kepepet tidak punya uang.
Selama hidupnya Feby dikenal sebagai pelajar berprestasi. Ia tercatat sebagai siswa SDN 3 Sekupang, SMPN 6 Batam, sekolah favorit di Kota Batam, Kepulauan Riau.
Bukan Tulisan Korban
Kematian Feby begitu membekas di benak Nurcahaya. Ia merasa janggal dengan pesan pendek yang dikirim dari nomor ponsel Feby.
Bahasa yang digunakan di pesan singkat itu terasa asing. "Bahasa yang digunakan tak biasa dipakai anak saya," kata Nurcahaya kepada Tribun Jogja, Selasa (3/5/2016).
Nurcahaya menerima pesan singkat terakhir dari ponsel Feby pada Jumat (29/4/2016), bertepatan keluarga di rumah mendapatkan kabar dari penjaga kost bahwa Feby tidak pulang.
Kejanggalan pesan singkat itu terlihat dari pilihan kata Feby yang menyebut dirinya "by", biasanya Feby tak menuliskan kata seperti itu.
"Biasanya hanya menulis Feby, enggak pernah By," imbuh Nurcahaya.
Kejanggalan lain, menurut Nurcahaya, Feby kerap singkat ketika membalas pesan, tak pernah panjang. Sementara pesan terakhir terlalu panjang.
Informasi yang dihimpun Tribun Jogja, Feby terpantau keluar dari kos untuk kuliah pada Kamis (28/4/2016) dan ditemukan sudah tewas pada Senin (2/5/2016) malam.