Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Keberadaan Suku Anak Dalam (SAD) kian melambung saat Presiden Jokowi sempat mengunjungi mereka.
Peristiwa tahun lalu itu menjadi sejarah pertama di Indonesia dimana seorang presiden berdialog dengan warga SAD di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
Lalu bagaimana sebenarnya kondisi mereka para warga SAD atau orang rimba yang hidup nomaden di Pulau Sumatera, khususnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan?
Tribunnews.com bersama dengan rombongan Mabes Polri dan Polda Jambi pada Kamis (5/5/2016) lalu sempat bertamu dan bersilaturahmi dengan warga SAD di Kelompok Bukit Beringin, Merangin, Jambi.
Kunjungan ini dalam rangka sosialisasi paham radikalisme dan terorisme. Termasuk memberikan bantuan logistik kepada mereka.
Kumpulan orang rimba di Kelompok Bukit Beringin ini mudah ditemui. Mereka hidup nomaden dan berkelompok di tengah areal perkebunan sawit.
Perkebunan sawit yang mereka tinggali letaknya tidak terlalu jauh dari pedesaan. Untuk menuju kesana, kami harus menyusuri jalan di tengah hutan.
Jalanan di tengah hutan itu hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Lalu harus melalui sebuah aliran sungai kemudian masuk ke areal perkebunan sawit.
Jalanan menuju tempat Suku Anak Dalam Kelompok Bukit Beringin di Merangin Jambi.
Ditengah perjalanan, kami menemui empat anak kecil dari SAD yang baru saja selesai mandi.
Belum menggunakan baju, dengan badan dan rambut yang masih basah, keempat anak kecil ini tampak girang melihat rombongan empat mobil menuju ke rumah mereka.
Tanpa ragu mereka lalu berlarian mengejar mobil yang kami tumpangi. Mereka juga menepuk-nepuk mobil bagian belakang sambil tertawa satu sama lain.