Laporan Wartawan TribunSolo.com, Bayu Ardi Isnanto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Museum Radyapustaka Surakarta tengah mendigitalisasi naskah-naskah kuno, termasuk terjemahan Alquran yang ditulis menggunakan bahasa dan huruf Jawa.
Menurut petugas museum bagian naskah kuno, Totok Yasmiran, proses digitalisasi Alquran terjemahan Jawa baru berjalan sepertiga.
"Prosesnya baru sekitar 30 persen," kata Totok ditemui TribunSolo.com di Museum Radyapustaka, Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/6/2016).
Digitalisasi naskah kuno merupakan sarana untuk menjaga isi buku dari kerusakan.
"Misalnya Alquran terjemahan Jawa ini, usianya sudah lebih dari satu abad," beber Totok sambil memperlihatkan sampul buku yang sudah mulai rusak.
Tampak pula lembaran-lembaran kertas kitab kuno itu telah menguning.
Ketua Komite Museum Radyapustaka, Purnomo Subagyo, mengatakan proses digitalisasi naskah kuno terbilang lambat karena anggaran museum sedikit.
Pada 2016, komite menganggarkan dana Rp 50 juta khusus untuk digitalisasi naskah.
Kontroversi
Sebagai misi dakwah Islam, Keraton Kasunanan Surakarta pada masa pemerintahan Pakubuwono X menginisiasi terjemahan Alquran beraksara Jawa.
Menurut petugas penerjemah di Museum Radya Pustaka Surakarta, pada masa itu pembuatan buku terjemahan menjadi kontroversi.
Beberapa kalangan khawatir adanya perbedaan makna jika ditulis dengan menggunakan bahasa dan aksara Jawa. Konflik ini mereda setelah ditengahi dr Radjiman Mangun Husada.
"Dia mengatakan tujuan alih bahasa ini tak lain supaya masyarakat Jawa saat itu mengerti makna Alquran dan untuk dakwah Islam. Sehingga tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi," imbuh Totok.