TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Tujuh wanita imigran Srilanka yang berada di atas kapal berbendera India memaksa turun dengan melompat dari kapal berlambung TN-1-FV-00455-09 yang kandas di bibir Pantai Pulo Kapuk, Kecamatan Lhonga, Aceh Besar.
Informasi diperoleh Serambi (Tribunnews.com Network), tindakan nekat perempuan Srilanka setelah mereka melancarkan protes di atas kapal karena lambannya evakuasi terhadap mereka yang telah lima hari berada di perairan Aceh.
Meski para wanita itu telah berhasil turun, namun upaya untuk melanjutkan jauh ke daratan mampu dicegah oleh petugas keamanan dibantu masyarakat yang siaga sejak kapal itu merapat di tepian pantai Lhoknga.
Dari hasil negosiasi, sejumlah imigran wanita etnis Tamil asal Srilanka itu berhasil dinaikkan kembali ke atas kapal.
Laporan yang diterima Serambi, sekitar pukul 17.05 WIB petugas imigrasi dan petugas keamanan naik ke atas kapal guna mengecek kesehatan ibu hamil dan anak-anak.
Kemudian, sekitar pukul 17.40 WIB, tiba-tiba tujuh wanita imigran itu melompat paksa ke daratan. Namun setelah dilakukan negosiasi, tujuh wanita itu mau dinaikkan kembali ke atas kapal.
"Patut menjadi pertanyaan, sekitar pukul 18.10 WIB, ada dua bus yang dipesan, telah berada di depan pos AL Lhoknga yang diduga dipersiapkan untuk mengangkut imigran guna dibawa ke tempat penampungan. Tapi, hingga kini para imigran tetap tidak diizinkan turun dari kapal," kata seorang nara sumber yang minta tidak dikutip namanya.
Kapolres Aceh Besar AKBP Heru Suprihasto melalui Kasat Reskrim, AKP Machfud SH MM yang dihubungi Serambi tadi malam, mengatakan para imigran tetap berada di atas kapal.
Seperti diberitakan, kapal imigran gelap itu rusak mesin yang terhubung dengan sistem navigasi, akibatnya kapal kehilangan arah hingga terdampar ke perairan Lhoknga, Aceh Besar, Sabtu (11/6/2016) sekitar pukul 10.00 WIB saat mereka berlayar dari India menuju Pulau Christmas, Australia.
Minggu (12/6/2016), Polres Aceh Besar, Kodim 0101/BS, bersama Muspika Lhoknga, termasuk Danpos Angkatan Laut (AL) di Lhoknga memberikan bantuan, seperti perbaikan mesin kapal, mengisi bahan bakar sebanyak satu ton, dan menambah stok logistik.
Bantuan itu diberikan dengan harapan para migran bisa melanjutkan kembali pelayaran mereka.
Namun bantuan itu dinilai tak cukup, mereka justru meminta agar bahan bakar dipasok tujuh ton. Karena permintaan tak bisa dipenuhi, akhirnya kapal beserta penumpangnya memilih tetap berada di perairan Lhoknga.
Nakhoda menambatkan kapal di lokasi yang berjarak sekitar 300 meter dari bibir Pantai Lhoknga. Terkesan mereka enggan melanjutkan perjalanan ke Pulau Christmas Australia dan lebih berharap untuk bisa turun ke daratan Aceh. (mir)