Laporan Wartawan Surya, Sany Eka Putri
SURYA.CO.ID, KLOJEN - Annisa Karima (23) tak pernah menyangka akan belajar bermain angklung justru dari orang asing, saat ia tinggal di Jepang.
Mahasiswa Universitas Brawijaya ini sedang menempuh program Monbukagakusho dari jalur University to University di Kanazawa University pada 2013.
"Tidak menyangka saja, padahal di negara sendiri justru saya malah jarang bermain angklung. Tapi di sini, alat musik khas Indonesia itu justru sangat diapresiasi tinggi oleh masyarakat Jepang. Rasanya bangga dan terharu," ujar wanita asal Banjarmasin, Sabtu (18/6/2016).
Ia mendapat banyak pengalaman selama berada di Jepang. Contohnya, saat harus keluar malam untuk belajar angklung, saat itu turun salju.
Saat bermain angklung dengan mahasiswa dari berbagai negara di Kokusai Kouryuu Matsuri, gadis yang akrab disapa Icha ini sangat gembira.
Icha sempat menjadi koordinator seni dan budaya Persatuan Pelajar Indonesia Kanazawa. Sebulan belajar di Jepang, ia sempat memainkan taiko (alat perkusi jepang), lalu tarian khas Jepang Yosakoi. Ia juga mencoba kesenian Yuzen, mewarnai pola kain pada baju adat Kimono.
“Sering ikut festival di Jepang juga, seperti perayaan hari anak-anak, pesta kembang api. Bahkan pernah ikutan marathon sama host family,” imbuh dia.
Meski hanya sebulan tinggal di Jepang, anak ketiga dari lima bersaudara ini banyak mengambil pelajaran positif untuk ia terapkan di kehidupannya.
Seperti budaya tepat waktu, menghargai hasil karya orang lain, dan menghormati pemeluk agama lain.
“Hidup sehat terutama yang sering saya tiru dari kehidupan masyarakat Jepang. Setiap pagi dan sore saya selalu melihat orang Jepang selalu berolahraga. Jadi menghilangkan budaya malas,” beber dia.