TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Migran Sri Lanka yang terdampar di Lhoknga beberapa waktu lalu meminta kapal baru kepada Gubernur Aceh.
Menurut anggota Komisi III DPR RI asal Aceh, M Nasir Djamil, permintaan tersebut tak masuk akal.
Menurutnya, kapal yang mereka tumpangi saat ini masih layak digunakan untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Chritsmas, Australia.
Hal itu dikatakan Nasir, menjawab pertanyaan wartawan saat dirinya mengunjungi lokasi terdamparnya 44 migran asal Sri Lanka di Pantai Lhoknga, Sabtu (18/6/2016).
“Kalau permintaan kapal itu tidak masuk akal, karena kapal ini masih layak untuk mereka gunakan. Tapi tadi mereka bilang kapten kapal dan anak buahnya sudah melarikan diri,” kata Nasir.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang migran asal Sri Lanka S Artika meminta Gubernur Aceh untuk menyediakan kapal baru agar mereka bisa melanjutkan perjalanan.
“Kami sangat merasa ketakutan, kapal ini sudah banyak masalah, kami mau bapak menggantikan dengan kapal lain. Selama ini kami merasa sangat kedinginan,” kata S Artika kepada Gubernur Aceh, Jumat (17/6/2016).
Dalam kesempatan itu, Nasir juga meminta Pemerintah Aceh dan Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan hubungan guna membicarakan nasib para migran tersebut. Nasir berharap, pemerintah mendata ulang para migran kemudian memutuskan apakah mereka dikembalikan ke negaranya atau melanjutkan perjalanan kembali.
Hal serupa juga disampaikan Anggota Komisi I DPRA, Bardan Sahidi. Menurutnya, permintaan kapal baru oleh migran asal Sri Langka kepada Gubernur Aceh adalah permintaan aneh dan tidak masuk akal.
Permintaan itu tidak mungkin dipenuhi oleh Pemerintah Aceh dan ia meminta Gubernur Aceh tidak latah.
“Selama ini kita telah memberikan bantuan atas nama kemanusiaan seperti bantuan makanan, penambahan bahan bakar, dan kita juga sudah memperbaiki kerusakan mesin kapal sesuai instruksi Wapres (Jusuf Kala). Tapi jika mereka minta kapal baru itu permintaan aneh dan tidak bisa dipenuhi,” katanya kepada Serambi (Tribunnews.com network).
Bardan mengatakan, berdasarkan penelesuran pihaknya, tidak diketahui motivasi para migran tersebut berlayar hingga terdampar di laut Lhoknga, Aceh Besar. Kendati demikian, Bardan mengapresiasi sikap Pemerintah Aceh yang memberikan bantuan kemanusiaan.
“Saya mengingatkan Pemerintah Aceh tidak latah. Kalau rakyat kita minta kapal ada dikasih?” ujarnya.
Amatan Serambi pagi kemarin, para migran telah diizinkan turun dari kapal, mereka ditempatkan di tenda yang berada tak jauh dari lokasi kapal berlabuh. Salah seorang migran bernama Chantrakumar meminta agar mereka segera ditangani UNHCR.
“Kami mohon untuk ditangani UNHCR, di laut terlalu berbahaya jika kami melanjutkan perjalanan,” ujar Chantrakumar.(serambi indonesia/dan/mas)