Laporan Wartawan Surya, Sudharma Adi
SURYA.CO.ID , MOJOKERTO - Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Jawa Timur, memastikan daerahnya bebas dan aman dari vaksin palsu buatan pasangan suami istri asal Bekasi.
Kepastian tak adanya vaksi palsu setelah Kepala Dinkes Kota Mojokerto, Christiana Indah Wahyu, mengecek langsung vaksin di Rumah Sakit Gatoel dan Rumah Sakit Reksa Waluya.
Selain mengecek palsu tidaknya vaksin, Dinkes Kota Mojokerto juga mengecek masa kedaluwarsa vaksin tersebut. Hampir semua vaksin yang ada asli dan masa berlakunya masih lama.
"Selama ini jika ada vaksin dari Kementerian Kesehatan selalu didistribusi ke rumah sakit negeri maupun swasta, klinik, maupun posyandu mandiri," ujar Christiana, Rabu (29/6/2016).
Ia menerangkan, seluruh vaksi tersebut didistribusikan langsung oleh Kementerian Kesehatan. Dinkes Kota Mojokerto juga ikut memantau distribusinya.
Alur pendistribusian vaksin berawal dari Kemenkes ke Dinkes Jatim, lalu Dinkes Kota Mojokerto, kemudian disebar ke rumah sakit, klinik, posyandu yang ada di Kota Mojokerto.
"Kami juga ada standarisasi penyimpanan seperti suhu ruangan dan vaksin tak boleh lebih dari tiga bulan, sehingga tiap tiga bulan diminta laporannya," imbuh dia.
Selain pantauan vaksin palsu, Dinkes Kota Mojokerto juga memantau masa kedaluwarsa dari kemasan vaksin berdasar tanggal pembuatan, dua digit terakhir menjelaskan tentang tahun.
"Vaksin tak boleh digunakan jika sudah lebih dari dua tahun. Untuk campak yakni tiga tahun. Untuk saat ini vaksin masih jauh dari kedaluwarsa," katanya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan ada 12 vaksin palsu yang telah ditemukan. Vaksin itu memiliki merek dagang dari PT Biofarma, PT Sanofi Grup dan PT Glaxo Smith Kline (GSK).
Sebanyak 12 vaksin palsu itu ditemukan di sejumlah daerah di Jabodetabek, Surabaya, Yogyakarta, Mataram, Palu, Subang, Pekanbaru, Bandung dan Denpasar.