TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Nurdin Ismail atau Din Minimi (43) menanggapi santai perkembangan terbaru terkait rencana pemberian amnesti kepada dia dan rekan-rekannya.
Ia juga enggan menanggapi pendapat sejumlah anggota Komisi III DPR RI maupun perwakilan Polri dan TNI dalam pertemuan kemarin di Jakarta yang meminta agar pemberian amnesti kepada kelompoknya harus didahului proses hukum.
“Apa yang mau diproses hukum lagi, sudah setengah tahun kami di sini (berbaur dengan masyarakat -red). Menurut aku, biar saja orang itu ngomong seperti itu,” ungkap Din Minimi menjawab Serambi via telepon, Kamis (21/7/2016).
Ia juga mengatakan selama ini terus menjalin komunikasi dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso.
“Barusan tadi ditelepon (oleh Kepala BIN -red). Saya tetap menunggu seperti perjanjian dulu, yaitu kami dan teman kami yang ditahan akan dibebaskan. Itu saja yang saya pegang, mana ada yang lain-lain. Soal mereka (Anggota DPR RI) mau ngomong ini, ngomong itu, ya silakan saja,” ungkap Din Minimi.
Terkait janji-janji yang diutarakannya saat turun gunung 28 Desember 2015, Din Minimi mengatakan sepenuhnya mempercayakan hal itu kepada Kepala BIN Sutiyoso dan Presiden Jokowi.
“Semua yang dijanjikan setelah kami turun gunung, kami percayakan kepada Bapak Sutiyoso dan Bapak Presiden, lain tidak ada. Karena mereka (DPR RI) juga bekerja pada negara. Jadi, kami tetap memegang janji Pak Sutiyoso dan Pak Presiden selaku pemimpin kita,” ungkap Din.
Menurutnya, kala itu, Kepala BIN Sutiyoso janji memberikan amnesti kepada anggotanya yang di luar dan di dalam tahanan, serta memberikan kesejahteraan bagi ayak yatim, inong balee (janda korban konflik -red), dan fakir miskin.
“Waktu itu dijanjikan kepada kami memberikan amnesti kepada anggota yang di dalam dan di luar tahanan. Selain itu anak yatim, inong balee, dan fakir diistimewakan, cuma itu saja. Kalau perkara orang itu (DPR) mau ngomong apa silakan ngomong aja. Yang penting, itu komitmen saya,” ujarnya.
Oleh karena itu, ungkap Din Minimi, ia hingga saat ini masih tetap mempercayakan butir-butir perjanjian itu kepada Kepala BIN dan Presiden.
“Kami percayakan semua butir perjanjian itu kepada Pak Sutiyoso dan kepada Pak Presiden, dan kami masih menunggu realisasi dari janji tersebut,” ungkap Din.
Saat ditanya, jika amnesti tak diberikan dan butir-butir perjanjian tidak ditepati, Din Minimi mengatakan, “Tidak mungkinlah. Kami tetap percaya kepada Pak Sutiyoso dan Pak Presiden. Mau percaya kepada siapa lagi kalau tidak kepada mereka? Tapi kalau tidak diberikan ya kami tetap berkebunlah, mau ke mana lagi? Kalau memang janji-janji itu tidak diberikan, kembalikan senjata kami biar kita main lagi,” jawab Din.
Ia tambahkan, selama setengah tahun kembali ke masyarakat ia mengisi hari-harinya dengan bercocok tanam. “Kegiatan saya saat ini berkebun dan menanam jagung, selain itu tidak ada. Sekarang saya selalu di ladang, berocok tanam,” ungkapnya. (serambi indonesia/c49)