TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Sebanyak 200 anak jalanan se Kota Malang mengikuti upacara HUT ke-71 Kemerdekaan RI di Jalan Blitar, Rabu (17/8).
Meski upacara tidak dilakukan di lapangan, mereka tampak serius mengikuti
Di upacara ini inspekturnya memakai topeng Potrodoyo serta membawa Patung Potrodoyo.
Yang lebih seru dan mengharukan, anak jalanan dan semua peserta upacara, bersujud dan mencium bumi pertiwi (tanah) sebagai pengganti mengheningkan cipta.
Tanpa ragu mereka mencium jalan yang diaspal dan dijadikan lokasi pengibaran bendera.
Para pengibar bendera adalah mantan pengamen. Salah satunya, M.Bardah Sadeli (17), pemuda asal Sukun.
Dia bersama dua temannya harus latihan seminggu untuk acara ini. Ia berhasil membentangkan bendera tanpa terbalik.
"Was was juga tadi. Ini bagaimana kalau terbalik. Tapi saya yakin pasti bisa," tuturnya yang tak lulus SD ini seusai upacara.
Saat menyanyikan lagu Indonesia Raya anak-anak jalanan ini terlihat lancar menyanyikan lagu tanpa kesalahan.
Pembina Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT) Agustinus Teja sebagai penyelenggara menambahkan kegiatan ini atas permintaan anak jalanan.
"Mereka meminta sama saya, bilangnya 'ayah, ayo kita upacara. Masa yang lain upacara kita enggak'. Mendengar permintaan itu hati saya tersentuh. Ya walaupun mereka tidak diundang upacara resmi, mereka bisa merasakan upacara sendiri," tuturnya.
Anak jalanan ini berasal dari tujuh penampungan se Kota Malang. Yakni Muharto, Mergosono, Jagalan, Gadang, Sukun, Blimbing, Kalisari.
Usia mereka mulai 3 tahun hingga 27 tahun. Bahkan ada di antara mereka datang bersama satu keluarga. Setelah upacara, dilanjut lomba agustusan.
Tedja menambahkan hingga saat ini anak jalanan di Kota Malang yang tidak sekolah ada 500 anak.