News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Kapolda Lampung Pernah Tidur Sebulan Bareng Polisi Pembunuh Sopir Taksi

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin di halaman muka edisi cetak Tribun Lampung, Jumat (19/8/2016).

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sebulan tidur bersama pembunuh sopir taksi pernah dialami Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin, sewaktu menjabat Kepala Satreskrim Polresta Depok.

Sebagai komandan, Edwin turun ke lokasi pembunuhan bersama anggotanya ketika melakukan penyelidikan. Rupanya, pelaku adalah polisi yang ikut mengusut kasus ini.

"Satu bulan dia bangun, tidur, sama kita. Belakangan ketahuan dia pelakunya," Ike membagi ceritanya kepada Tribun Lampung belum lama ini.

Selama menjabat, Edwin dan anggotanya 100 persen mampu mengungkap kasus kejahatan hingga kariernya melesat.

Ia pernah menjabat Kapolres Tanang Bumbu, Kalimantan Selatan, Wakil Direktur Reskrim Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kepala Polwiltabes Surabaya, hingga Wakil Kapolda Sulselbar.

Kembali ke cerita tentang kasus pembunuhan sopir taksi, Edwin bersyukur karena selama sebulan bersama si pembunuh hal buruk tak menimpanya.

"Kami pernah tidur bersama dalam satu gubuk. Dia di sudut, saya di sisi lain. Kalau dia mau jahat kepada saya, selesai suduh," Edwin mengenang peristiwa saat itu.

Selama penyelidikan di lokasi pembunuhan, tim Edwin mengerahkan anjing pelacak. Tapi anjing tersebut justru sama sekali tak mengarah kepada anggota polisi yang terlibat pembunuhan sopir taksi.

Bekalangan Edwin mafhum, polisi tersebut selama ini menjadi pelatih anjing pelacak.

Edwin sempat heran karena polisi ini mengikuti setiap jalannya penyelidikan. Sampai pembuatan berita acara pemeriksaan, polisi tadi selalu ikut campur membuat perubahan-perubahan, belakangan merekayasa seorang preman sebagai pelaku pembunuhan.

Singkat cerita, preman tersebut tertangkap oleh tim. Edwin membawa pelaku ke kantor, memasukkannya ke dalam karung. Preman tak bersalah yang berada di bawah kaki Edwin, tanpa sepengetahuan anggota, akhirnya berhasil kabur.

Usut punya usut, cukup menggunakan air liurnya selama dua sampai tiga jam, tubuh si preman menjadi licin dan mampu meloloskan diri dari dalam karung. Sementara semua polisi yang ada di ruangan tertidur pulas.

Terdorong rasa penasaran, Edwin menanyakan kepada seorang ahli atas kaburnya si preman. Belakangan ia baru tahu preman tadi punya ilmu belut, asal ketemu air dapat lolos. Borgol yang membelenggu tangan dan kaki pun menjadi tak berarti.

Butuh 40 hari Edwin dan timnya mengungkap kasus pembunuhan ini. Pimpinan hingga Edwin dan timnya hampir putus asa karena tak menemukan klu yang mengarah kepada tersangka.

Lewat tengah malam, sekira pukul dua dini hari, Edwin seorang diri kembali mendatangi lokasi pembuangan sopir taksi yang sudah tak bernyawa. Ia merenung dan mencari jawaban, berdoa, menyerahkan perkara ini kepada Tuhan Yang Maha Tahu.

"Beri kami petunjuk-Mu. Atas kehendak-Mu, beri kami kekuatan untuk menyelesaikan kasus ini," begitu doa Edwin.

Selang dua jam berada di lokasi yang penuh semak-semak, ia memutuskan kembali ke Polresta Depok. Tersiar kabar polisi yang sebulan tidur bersamanya selama penyelidikan kasus ini tertangkap di Jakarta Utara.

Hasil pemeriksaan mengungkap polisi tadi merupakan komplotan pembunuh sopir taksi. Mereka bersama-sama mencegat taksi dan mengambil uang setoran dari si sopir, lalu membunuhnya. Mayat korban dibuang ke semak-semak.

Edwin menyadari, setiap kejadian apa pun, jangan sampai melupakan Tuhan. Pengalaman ini menjadi pelajaran yang Edwin bagikan kepada anggota dan jajarannya dalam setiap bertindak.

"Dengan prinsip itu, semua kasus pembunuhan yang saya tangani terungkap semua. Syukur saya panjatkan kepada Tuhan," kata adik sepupu mantan Kapolda Lampung sebelumnya, Brigjen Edward Syah Pernong. (TRIBUN LAMPUNG)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini