Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Ketut Sukayana (42) menjadi satu di antara lima perajin wayang kulit di Banjar Babakan Sukawati Gianyar Bali.
Ia melakoni menjadi pengerajin semenjak berumur 15 tahun dan kakeknya mewariskan kerajinan tangan yang diminati banyak turis asing itu.
Sayangnya, dengan produksi yang banyak digemari oleh banyak wisatawan mancanegara namun ada keluh kesah untuk melakukan pelestarian terhadap warisan budaya leluhur tersebut.
Ia pun berkeluh kesah jika kurangnya perhatian dari pemerintah, sebab, harga untuk bahan baku pembuatan yakni kulit terus bertambah mahal.
Dahulu kulit yang harganya hanya Rp 500 ribu, kini naik hingga Rp 800 ribu.
Yang membuat sesak, harga wayang tidak bisa naik sehingga, memang dibutuhkan promosi lebih dan pasar yang dapat membuat wayang Bali tetap bertahan.
"Kami tidak mungkin menekan pemerintah untuk menurunkan harga. Kami hanya, meminta ada promosi dan juga ada pasar yang bisa membuka luas kerajinan ini. Sehingga, dapat memutar uang dengan lumayan cepat," ungkapnya, Sabtu (24/9/2016).
Saat ini, Ketut sendiri sudah mempekerjakan sekitar empat karyawan. Ke empatnya harus mendapatkan penghasilan untuk wayang yang digarap.
Tiga dari empat karyawannya itu, bertugas sebagai pengukir. Dan untuk itu, sangat besar harapannya untuk mendapat perhatian pemerintah.
"Paling tidak kami bisa dikenal di luar. Sehingga, selain bisa melestarikan. Napas untuk menyambung hidup bagi para pengerajin juga ada," urainya.
Hingga saat ini, ada sekitar empat hingga lima pengerajin di Banjar Babakan yang juga menggantungkan hidupnya pada Wayang Bali. (ang)