TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Puro Pakualaman yang menyimpan 21 rahasia kehidupan terkuak. Adalah GKBRAy Paku Alam yang membuka tabir rahasia itu dalam pertemuannya dengan Ketua Panitia Langenastran - Batik & Bathok Night (BBN) KRT Radya Wisraya Sumartoyo dan AM Putut Prabantoro di Puro Pakualaman, Yogyakarta, Sabtu (24/9/2016).
Sebagian rahasia kehidupan itu akan dibeberkan untuk umum dalam “Batik & Bathok Night” yang diselenggarakan oleh warga Langenastran pada Sabtu, 15 Oktober 2016.
GKBRAy Paku Alam saat bertemu dengan Ketua Panitia Panitia “Langenastran - Batik & Bathok Night (BBN)” KRT Radya Wisraya Sumartoyo, di Puro Pakualaman, Yogyakarta, Sabtu (24/9/2016). DOKUMENTASI PANITIA LANGENASTRAN - BATIK & BATHOK NIGHT
Warga dan sesepuh masyarakat mendeklarasikan Langenastran sebagai Kampung Wisata Budaya pada 3 September 2016 bersamaan dengan diresmikannya Omah Media (Media Corner) AVOCADO di Jalan Langenastran Lor, Yogyakarta.
Menurut GKBRAy Paku Alam, Puro Pakualam memiliki 21 rahasia kehidupan yang termuat dalam ajaran Sestradi. Ajaran tersebut memuat kaidah hidup sebagai pemimpin dan hidup dalam masyarakat yang senantiasa harus dihormati para kerabat dan manusia.
“Ajaran Sestradi berasal dari mendiang eyang Paku Alam Pertama yang berisi tentang keseimbangan perilaku 21 sifat manusia yang baik dan buruk. Dan 21 sifat baik harus dilaksanakan dan 21 sifat buruk harus dihindari. Keseimbangan hidup dan perilaku baru tercapai jika ke 21 masing-masing sifat dilaksanakan dan senantiasa diingat dalam perjalanan hidup seorang manusia," ungkap GKBRAy Paku Alam.
Ke-21 sifat baik itu adalah, Ngadeg, Sabar, Sokur, Narimo, Suro, Manteb, Temen, Suci, Enget, Srana, Ikhtiar, Prawira, Dibya, Suarjana, Bener, Guno, Kuat, Nalar, Gemi, Yitno dan Taberi. Sementara 21 sifat buruk yang harus dihindari adalah, Ladak, Lancang, Lantab, Lolos, Lepas Kendali, Lantang, Langar, Lengus, Leson, Lemer, Lamur, Lusuh, Lukar, Langsar, Luwas, Lumuh, Lumpur, Larat, Ngelajok, Lenggak, dan Lenggul.
Karena merupakan ajaran luhur yang harus dipelihara, ajaran Sestradi yang tertulis dalam naskah-naskah kuno milik Puro Pakualaman, oleh GKBRAy Paku Alam kemudian dituangkan dan diwujudkan dalam bentuk batik. Motif-motif batik yang saat ini dibuat oleh the first lady Puro Pakualaman itu hampir seluruhnya berasal dari motif-motif yang tertulis dalam naskah-naskah kuno.
GKBRAy Paku Alam memperlihatkan batik dari sekian hasil karyanya yang motifnya diambil dari naskah kuno milik Puro Pakualaman, Yogyakarta, Sabtu (24/9/2016). DOKUMENTASI PANITIA LANGENASTRAN - BATIK & BATHOK NIGHT
"Saya baru secara serius belajar batik pada tahun 2011. Namun belajar batik bagi saya tidak hanya sekadar bisa membatik tetapi sebagai realisasi mengemban amanah para leluhur dengan tujuan mevisualisasikan ilustrasi yang ada dalam naskah kuno menjadi batik dengan pengerjaan sekitar 3 sampai 6 bulan per kain," ujar GKBRAy Paku Alam.
"Detail dan kerumitan itulah yang menyebabkan mengapa satu motif kain batik harus dikerjakan demikian lama. Paling rendah harga sebuah batik Puro Pakualam yang biasa berharga Rp 25 juta."
Penerima award dari Yayasan Batik Indonesia pada 2013 ini menambahkan, motif asli batik Yogyakarta ada empat yakni ceplok, titik, parang dan semenan. Dari tiap-tiap motif utama itu kemudian dibuat berbagai diversifikasi (turunan) yang kemudian banyak dikenal dalam tradisi busana batik Yogyakarta.
"Ajaran kepemimpinan Asthabrata yang terdapat dalam naskah kuno di Puro juga dituangkan dalam motif batik. Jadi, apa yang saya lakukan merupakan pemeliharaan warisan luhur naskah-naskah kuno yang ada di Pakualaman, melestarikan dan memelihara budaya serta menyosialisasikan filosofi ajaran leluhur dengan media batik,” imbuh GKBRAy Pakualam yang akan menjadi nara sumber pada Yogyakarta Batik Bienalle pada Oktober ini.