"Kami ingin, pesan perdamaian tidak hanya bergaung di kota besar. Tidak hanya bergaung di gedung elit dan di hotel megah, tapi terutama di komunitas akar rumput. Kami menebarkan perdamaian sampai ke seluruh pelosok penjuru negeri, terutama ke kampung-kampung dan desa-desa,” ujar Yenny.
Presiden Komunitas Lima Gunung, Sutanto Mendut menjelaskan, tema "Centhini Gunung" diambil dari kisah yang tersurat dalam sebuah karya sastra terbesar dalam kasusastraan Jawa Baru bernama Serat Centhini.
Karya ini menghimpun berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa dalam bentuk tembang (lagu).
“Dalam pertunjukan ini, ada beberapa penari perempuan yang berlaku sebagai Centhini. Mereka menari mewakili masing-masing kecerdasan dan kekuatan perempuan,” kata Sutanto.
Tidak kurang dari 350 seniman terlibat dalam kegiatan yang diawali dengan kirab di jalan sepanjang sekitar 500 meter di kawasan gunung Andong.
Para peserta kirab mengusung sejumlah tandu perempuan dan properti lain berupa puluhan bentuk stupa Borobudur serta tetabuhan alat musik tradisional.
Pertunjukan juga ditandai dengan ritual Komunitas Lima Gunung, yang kali ini berupa tarian Lima Ondho (Tangga), yakni Ondho Kencono, Ondho Langit, Ondho Bumi, Ondho Tresno dan Ondho Jiwa.