Laporan Wartawan Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNNNEWS.COM, LAMPUNG - Masyarakat Dusun Penobaan, Bakauheni, Lampung Selatan, dihebohkan adanya batu di Pantai Tanjung Tua yang memiliki motif menyerupai lafal Allah.
Batu tersebut berada di tepi pantai yang dipenuhi bebatuan dan dapat dilihat secara jelas saat air laut surut atau seperti tertanam dalam air.
Namun saat air laut pasang, batu tersebut terendam air.
Yodis dari PETA (Perduli Pariwisata) adalah orang yang kali pertama menyadari keberadaan batu tersebut.
Ia mengatakan, menyadari keberadaan batu tersebut saat mencoba mencari bukti sisa sejarah tentang Tanjung Tua, pada 9 Oktober lalu.
"Awalnya saya mencari literatur tentang Tanjung Tua di internet. Karena daerah Tanjung Tua dulunya ditenggarai sebagai tempat mendarat/singgah para penyebar agama Islam dari Banten. Saya ingin mencari bukti tersebut," ungkapnya kepada Tribun di lokasi Pantai Tanjung Tua, Jumat (14/10).
Menurut Yodis, kemungkinan keberadaan batu sudah diketahui masyarakat yang kerap datang ke Tanjung Tua.
Tapi tidak ada yang menyadarinya.
Ia sendiri mengaku kaget saat melihat motif batu itu.
Ia lalu memastikannya dengan teliti.
"Setelah saya amati secara teliti, motif timbul pada batu menyerupai lafal Allah," ujarnya.
Penggiat pariwisata di Lampung Selatan itu menambahkan, tidak hanya batu itu saja yang ditemukan.
Ia dan Syarif yang jadi penjaga Pantai Tanjung Tua dan tergabung dalam Pokdarwis juga menemukan fosil kulit kerang ukuran besar.
Selain itu, ia juga menemukan beberapa batu yang memiliki motif tertentu.
Yodis pun meyakini jika masih banyak hal-hal yang memiliki nilai sejarah tersimpan di Tanjung Tua.
Ia mengatakan, temuan yang saat ini didapatkan bisa jadi pintu awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tetang kawasan Tanjung Tua.
Tapi ia berharap, kalau pun nanti ada penelitian lanjut tentang sejarah dan temuan-temuan yang ada, tidak merusak alam di Tanjung Tua yang asri.
Ia menginginkan pengembangan kawasan Tanjung Tua tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Sementara Kepala Desa Bakauheni, Sahroni mengatakan, secara pribadi ia berencana membangun mushola di dekat penemuan batu.
Tujuannya selain menyediakan tempat bagi pengunjung untuk ibadah, juga ingin menghindari batu berlafal "Allah" tersebut terinjak atau terlangkahi pengunjung secara tidak sengaja.
"Kedepan akan kita beri tanda khusus. Agar batu tersebut tidak diinjak atau dilangkahi pengunjung," tandasnya.
Ia berharap, temuan-temuan di Tanjung Tua tersebut bisa jadi perhatian Pemkab Lampung Selatan, khususnya Dinas Parawisata, Seni, dan Budaya untuk lebih serius mengembangkan sektor parawisata, terutama kawasan Tanjung Tua.
"Potensi pantai Tanjung Tua sangat besar. Selain alamnya asri, selama ini Tanjung Tua dikenal sebagai salah satu spot ikan besar bagi penggila mancing," pungkasnya.