News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dimas Kanjeng Ditangkap

Marwah Daud Sesalkan Dua Anak Buah Dimas Kanjeng Dibunuh, Begini Kata Dia

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JALANI PEMERIKSAAN - Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim, sebelum menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Timur, Surabaya, Senin (17/10/2016). Marwah memenuhi panggilan Polda Jatim untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas kasus dugaan penipuan dengan tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

Laporan Wartawan Surya, Anas Miftakhudin

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Ketua Yayasan Keraton Kasultanan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara, Marwah Daud Ibrahim, menyesalkan dua pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi dibunuh.

"Kami menyesalkan kejadian itu. Harusnya kan ngomong kemaslahatan dan kemajuan bangsa. Menurut saya itu sebuah kecelakaan. Ya kami berduka," tutur Marwah usai diperiksa penyidik Polda Jawa Timur di Surabaya, Senin (17/10/2016).

Marwah memastikan penyidik tidak bertanya kepadanya soal pembunuhan mantan pengikut Dimas Kanjeng, yakni Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Keduanya dibunuh dalam rentang waktu berbeda.

Perempuan yang pernah menjabat sebagai Staf KBRI di Washington DC ini masih meyakini Dimas Kanjeng akan mengembalikan uang mahar jika pengikutnya berterus terang.

Namun, kedua pengikut senior Dimas Kanjeng yang meminta uangnya dikembalikan justru mengalami nasib tragis. Mereka dibunuh oleh para sultan Dimas Kanjeng.

Ismail diculik saat menuju ke masjid dekat rumahnya untuk melaksanakan salat Magrib pada 2015 silam, dan mayatnya dibuang.

Sementara Abdul Ghani diculik. Ia dibunuh dan mayatnya dibuang ke Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Pelakunya adalah Wahyudi Cs, seorang Sultan Dimas Kanjeng. Perkara pembunuhan Abdul Ghani sudah di Kejaksaan Negeri Probolinggo.

Dikonfirmasi Dimas Kanjeng terlibat dalam kasus pembunuhan Ismail Hidayah dan Abdul Ghani, Marwah memberikan jawaban diplomatis.

"Saya tidak yakin. Cara bertutur beliau (Taat Pribadi) itu bagus dan tujuannya untuk kemaslahatan umat," kata Marwah bersungguh-sungguh.

Marwah mengakui dirinya memberi mahar saat pertama kali masuk. Namun soal jumlahnya, perempuan asal Sulawesi Selatan itu tidak menjelaskan secara gamblang.

"Cuma sedikit. Itu sama dengan pendaftaran saat masuk organisasi. Bedanya di sini (Padepokan Dimas Kanjeng) itu mahar dan organisasi adalah pendaftaran," papar dia.

Ia meluruskan pendapat banyak orang, tak ada janji yang diberikan Dimas Kanjeng akan mengembalikan mahar yang sudah diberikan pengikutnya, apalagi jumlahnya  berlipat.

"Tidak ada janji seperti itu. Tujuan utama keraton adalah untuk kemaslahatan umat. Kan para santri dari berbagai daerah agar mengusulkan program yang ada. Seperti gaji guru mengaji yang selama ini kurang diperhatikan akan diperhatikan," jelas dia.

Penyidik Polda Jatim melontarkan 30 pertanyaan kepada Marwah sebagai Ketua Yayasan Keraton Kasultanan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara sejak 11 Agustus 2016.  

Kepada pengikut yang masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Marwah meminta mereak bersabar dan mengikuti proses hukum yang sedang berjalan.

Ia berharap publik tidak langsung menghujat buruk Padepokan Dimas Kanjeng sebelum ada keputusan hukum tetap. "Kita semua mencari kebenaran. Kita tunggu ketetapan hukum dulu," tegas Marwah.

Suami Marwah, Tajul Ibrahim, yang turut diperiksa terkait dugaan penipuan di Padepokan Dimas Kanjeng tidak hadir. Muncul kabar pinggang Tajul terjepit.

Selain Marwah, polisi memeriksa 10 sultan (kaki tangan Taat Pribadi). Namun hanya lima sultan yang datang yakni, Sugeng Effendi, Syamsudin, Solikin, Abdul Haris, dan Fathurohman.

Dimas Kanjeng dan padepokannya di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, mencuat ke publik saat tim gabungan Polres Probolinggo dan Polda Jatim menangkap Dimas Kanjeng pada Kamis (22/9/2016).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini