TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sebelum melemparkan bom molotov dan meledak di halaman Gereja Okuimene, Samarinda Seberang, keberadaan Juhanda sudah terdeteksi.
Kepala Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Kalimantan Timur, Hasyim Miradjie, mengungkapkan pihaknya sudah tahu Juhanda sejak masuk Samarinda.
"Sejak tiba di Samarinda kami pantau, dan memang kami sudah monitor. Saat itu ada informasi Juhanda sudah lepas dari penjara dan menuju serta tinggal di Kaltim," ungkap Hasyim usai pembahasan pascapeledakan bom molotov di Kesbangpol Kaltim, Senin (14/11/2016).
"Tapi, memang kami kecolongan, hingga dia bisa berbuat seperti itu (melemparkan bom). Kami benar-benar tidak tahu, mengapa Juhanda bisa memperoleh bahan membuat bom," dia menyesal.
Baca: Habis Dioperasi, Intan Olivia Tak Bersuara Hingga Subuh Lalu Meninggal
Anggiat Banjarnahor (33) dan Diana Susanti Br Sinaga (32) tak kuasa menahan tangis melihat jenazah anaknya, Intan Olivia Banjarnahor (2), di balik peti kayu. Kerabat berdatangan ke rumah keduanya di RT 27 No. 70, Gang Jati 3, Harapan Baru, Samarinda Seberang, Kalimantan Timur, Senin (14/11/2016). TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Kedatangan Juhanda ke Kaltim bermula saat dirinya menjadi tahanan di Lapas Tangerang. Dia harus mendekam di sana karena terlibat aksi bom buku pada 2011 lalu.
Di Lapas Tangerang, Juhanda bertemu Agung Prasetyo pelaku teror di Poso. Setelah masa tahanannya selesai, Agung merekomendasikannya untuk tinggal di rumah ayahnya di Samarinda Seberang.
Juhanda tak terdaftar sebagai warga di desa yang dituju, seperti anjuran Agung. Polisi saa itu sudah memantau tapi tak ada alat bukti untuk menangkapnya.
"Kami memang tak bisa menangkap pelaku saat itu, karena tanpa ada alat bukti, aparat tak bisa menangkap," ujar Kapolda Kaltim Irjen Safaruddin menambahkan.
Sejak kedatangan Juhanda ke Kaltim, aparat keamanan sudah memantau gerak-geriknya. Babinsa, FKPT, BIN, Polda dan unsur lainnya memantau dia.
FKPT sudah mengajak, membina agar Juhanda kembali menjadi normal, layaknya warga biasa.
"Kami dekati terus, tetapi belum bisa. Dia bandel, dan tak mau ikuti pembinaan dari kami. Berbeda dengan delapan mantan napi pelaku bom lainnya yang sudah bisa kami bina. Delapan orang itu juga ada di Kaltim," jelas dia.
Tim Densus 88 masih memproses untuk mencari tahu apa motif aksi bom di depan Gereja Oikumene tersebut, termasuk mencari jaringannya seperti apa.