Laporan Wartawan Surya, Rahadian Bagus
SURYAMALANG.COM, PONOROGO - Murid kelas VI SD Negeri 1 Ngasinan belajar di bawah ancaman. Sewaktu-waktu rangka atap kelas yang patah sejak sebulan lalu bisa membayakan mereka.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang berada Desa Ngasinan, Jetis, Ponorogo, itu tetap berlangsung. Dengan terpaksa para guru menopang rangka atap dengan bambu.
"Kami takut kerangka atapnya ambruk dan menimpa kami. Apalagi sekarang musim angin kencang dan gempa bumi,” ujar siswi Isna Maulida Nurdiani, Selasa ( 22/11/2016).
Isna dan teman-temannya tidak punya pilihan lain. Mereka harus tetap masuk sekolah dan ikut kegiatan belajar mengajar di kelas, karena tidak ada ruang lain.
Apalagi, ujian akhir nasional dan ujian sekolah sebagai syarat kelulusan SD akan digelar sebentar lagi.
“Kami harus tetap belajar, karena sebentar lagi ujian. Jika tidak masuk sekolah, bagaimana bisa mengerjakan soal ujian,” tambah dia.
Hal senada dikatakan Fery Sandriya, teman sekelas Isna. Fery mengaku tidak bisa konsentrasi belajar sejak rangka atap kelasnya rusak.
Dia khawatir rangka atap di kelasnya itu tiba-tiba ambruk dan menimpanya. “Takutnya bambu itu tidak kuat, kemudian atapnya roboh,” kata Fery.
Sementara guru pengajar Agus Sucirahanto mengatakan rangka atap yang patah mulai ditopang bambu sejak 3 Oktober 2016.
Pihak sekolah tidak menempatkan meja dan bangku di bawah rangka yang patah. Bila atap roboh, tidak akan menimpa murid.
“Tiangnya ada di tengah ruang kelas. Jadi sekarang kursi dan meja tidak bisa ditata seperti dahulu,” sambung Agus kepada Surya.
Pegawai UPTD Pendidikan Jetis sudah melihat kondisi ruang kelas sekitar dua hari setelah rangka atap ditopang bambu.
Sampai sekarang belum ada tindaklanjut dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo. Sekolah tidak memiliki dana untuk renovasi.
“Kalau ada ruang lain, tentu kegiatan belajar mengajar siswa dipindah di ruang lain. Tetapi, kami tidak memiliki ruang lain,” terang dia.