Laporan Wartawan Tribun Pontianak Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, SEKADAU - Pelajar yang memperkosa gadis idaman, L mengaku kerap menonton film-film dewasa.
Ia memperoleh film porno dari saling berbagi melalui smartphone dengan teman-teman sekolah maupun teman nongkrongnya.
"Saya biasa dapat dari kawan, mereka juga sering nonton, biasanya nonton sebentar habis itu dihapus lagi. Tukar-tukaran kirim lewat HP, kirim lewat bluetooth. Memang di sekolah ndak boleh bawa HP, tapi kami biasanya bawa diam-diam," kata L kepada Tribun Pontianak, Senin (28/11/2016).
L mengungkapkan, ia merupakan bagian dari remaja yang sering disebut warga anak punk.
Selama bergabung dalam aktivitas anak punk, ia kerap melihat teman-temannya sesama anak punk melakukan hubungan bebas.
"Saya biasa ikut anak punk di sini. Di situ bebas, yang cewek sudah biasa hubungan bebas sama yang lain. Nggak tahu juga alasannya apa, kemungkinan saling berbagi," ungkapnya.
Anak-anak punk menurutnya kerap berkumpul di kawasan pusat kota Sekadau.
Menurut kisahnya, remaja laki-laki dan perempuan yang tergabung anak punk, dalam melakukan hubungan bebas tak mengenal tempat.
"Biasa kumpul di Sungai Ringin, melakukannya biasanya di basecamp itu, yang lain ndak ngganggu. Kalau saya ndak pernah begituan," katanya.
Ia menyebutkan, cewek-cewek anak punk sering street (berjalan jauh) dan mereka mau dibayar dan melakukannya di tepi jalan atau dibalik semak-semak tepi jalan.
Mengenal dunia anak punk, diakui L karena menuruti ajakan temannya.
Walau ia tak mengetahui pasti berapa jumlah anak punk di Sekadau, namun L mengakui jika jumlahnya cukup banyak.
"Kami biasanya kumpul di Taman Segitiga. Ada juga yang kalau ada uang beli sabu-sabu, kalau narkoba yang lain ndak ada yang pakai," jelasnya.
Biasa Berhubungan Seks
L mengaku telah mengenal hubungan bebas sejak berusia 16 tahun.
Hingga kini, sudah hampir belasan kali ia melakukan hubungan badan, bahkan dengan wanita malam yang kerap memintanya untuk mengantarkan pulang-pergi kerja.
"Saya ndak pakai obat, ndak pakai kondom, langsung begitu saja. Selama ini sih cewek-cewek (wanita malam) yang sama saya mau saja langsung begitu. Kalau cewek-cewek anak punk itu mereka biasanya dari Sintang, mereka kan biasanya street (jalan-jalan). Mereka ndak tentu tinggalnya dimana," urainya.
Kapolres Sekadau, AKBP Yury Nurhidayat mengimbau agar para orangtua tidak lengah dan terus melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya.
Adanya kasus ini, menurutnya diharapkan menjadi pembelajaran bagi semua pihak, sehingga kasus serupa tidak terulang kembali di Sekadau.
“Orang tua, ibu dan bapak kos harus mengawasi anak-anak agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Jangan sampai kasus serupa kembali terjadi,” imbaunya saat mendampingi pelaku di Mapolres Sekadau, Senin (28/11/2016).