Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, KALTARA - Kalimantan Utara salah satu provinsi yang banyak dilirik investor dengan rata-rata nilai investasi yang cukup tinggi.
Untuk merealisasikan rencana investasi tersebut, pemprov mengklaim telah berupaya agar investor tak hengkang ke daerah lain.
Salah satu investor yang akan menanamkan modalnya ialah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Perusahaan plat merah ini rencananya mendirikan pabrik pemurnian (smelter) alumina di Mangkupadi Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan.
PT Inalum saat ini masih terus melakukan penjajakan baik perihal ketersediaan lahan, program pemprov dalam kegiatan investasi, termasuk status pelayanan perizinan.
"Kami beritahu, bahwa pemprov sangat konsen mendukung investasi. Apalagi BUMN. Kami selalu siap memberikan kemudahan data dan informasi yang dibutuhkan," tutur Hasan Basri, Kepala Bagian Ekonomi Setprov Kalimantan Utara saat disua, Senin (9/1/2017) siang tadi.
Kepastian yang diberikan Pemprov Kalimantan Utara membuat PT Inalum kata Hasan saat ini akan bakal mulai mendirikan kantor cabang yang dekat dengan pusat pemerintahan di Tanjung Selor.
"Itu artinya mereka serius. Yang jelas apapun kami sudah sampaikan baiki itu mengenai rencana akan adanya Kawasan Industri, Pembangkit Listrik Tenaga Air, dan potensi energi lainnya, semua data kami sampaikan. Jadi mereka tidak ada alasan untuk hengkang," ujarnya.
Sebelumnya, Winardi Direktur Utama Alumina saat kunjungan Menteri BUMN Rini Soemarno di lokasi Kota Baru Mandiri Tanjung Selor bulan Oktober lalu menyatakan potensi kelistrikan Kalimantan Utara yang besar membuat perusahaan BUMN ini berencana menjadikan Kalimantan Utara sebagai basis produksi aluminium di Indonesia.
Berbeda dengan smelter PT Inalum di Kuala Tanjung Provinsi Sumatera Utara yang saat ini hanya mampu produksi aluminium sebanyak 300 ribu ton per tahun.
“Sumber energi murah. Di sini ada potensi PLTA,” tutur Winardi.
Sesuai perencanaannya, PT Inalum menargetkan produksi aluminium dari smelter alumina di Kalimantan Utara nantinya mampu tembus 500 ribu sampai 700 ribu ron per tahun. Rencana mulai beroperasinya smelter berkisar tahun 2023 mendatang.
Diharapkan Winardi proyek PLTA Sungai Kayan di Kabupaten Bulungan bisa diakselerasi oleh investor yang menanamkan modalnya di bidang kelistrikan itu, dibantu pula upaya percepatan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Produksi satu ton alumina diperkirakan akan menghabiskan daya listrik 12.700 KwH. “Nanti listriknya kami beli,” sebutnya.
Mendirikan smelter di Kalimantan Utara akan menghabiskan biaya sebanyak 3,5 miliar USD andai PT Inalum sendiri yang mendirikan PLTA. Berhubung ada investasi kelistrikan 9.000 Mega Watt oleh PT Kayan Hidro Energi, Inalum bisa menekan hingga 700 juta USD. Praktis nilai investasi mencapai 2,8 miliar USD.
Sedang progres pembangunan PLTA tutur Hasan Basri, hanya menunggu terjalinnya kesepakatan relokasi dan ganti rugi bagi warga yang bermukim di area pendirian bendungan PLTA Sungai Kayan. "Perizinannya sudah tuntas semua. Hanya tinggal pembebasan lahan dan relokasi warga. Tetapi itu dikoordinir oleh Pemkab Bulungan," ujarnya.
Selain PT Inalum dan PT Kayan Hidro Energi, investor lain yang melirik Kalimantan Utara diantara ialah PT Hyundai.ltd.co, China Harbour dan PT China Road and Bridge Corporation (CRBC) yang notabene BUMN Tiongkok, termasuk PT Pertamina Hulu Energi. (Wil)