News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Salah Satu WNI yang Dideportasi dari Malaysia Paspornya Dibuat di Saudi Arabia

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diduga akan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok radikal ISIS, sebanyak 8 orang warga negara Indonesia dideportasi dari Malaysia.

TRIBUNNEWS.COM, BATAM, BANDAR LAMPUNG - Pemerintah Malaysia mendeportasi delapan warga negara Indonesia (WNI) asal Sumatera Barat yang gagal masuk ke Singapura.

Para WNI tersebut tiba di Pelabuhan Batam Centre, Kota Batam, Selasa (10/1/2017) menumpang kapal feri MV Marina Lines.

Mereka ditolak masuk ke Singapura dari Malaysia ketika petugas Negeri Singa tersebut mendapati gambar mirip bendera kelompok ISIS (Negara Islam Suriah dan Irak) di telepon genggam milik seorang dari delapan WNI tersebut.

Mereka tercatat sebagai guru dan santri Pondok Pesantren Darul Hadist, Bukit Tinggi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Mereka berangkat dari Kota Padang menuju Kuala Lumpur pada 3 Januari 2017 lalu.

Setelah sampai di Pelabuhan Internasional Batam Center, petugas imigrasi langsung menginterogasi delapan WNI tersebut. Selanjutnya mereka diserahkan kepada Polda Kepulauan Riau (Kepri).

Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian, Rabu (11/1/2017) siang menjelaskan delapan orang itu masih dibutuhkan sekitar sepekan oleh tim Densus 88 Polri.

Seorang dari delapan WNI yang dideportasi pemerintah Malaysia bernama Ridce Elfi Hendra alias REH (37) pemilik paspor bernomor E92152095.

Menurut Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian, Ridce memiliki paspor Saudi Arabia yang dibuat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara itu.

"Jadi paspor REH ini dibuat di Saudi Arabia. Dibuat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Saudi Arabia," kata Kapolda, di Kota Batam, Rabu (11/1/2017).

Dari handphone milik REH ada gambar sandal yang terkesan dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah rangkaian lilitan kabel layaknya bom.

"Nanti didalami dulu. Kalau tak terlibat, teman-teman Densus 88 Antiteror akan memberi kesimpulan. Kalau terlibat (terorisme) akan diproses sesuai aturan hukum. Kalau tidak, ya dipulangkan," kata Kapolda Sam.

Menurutnya, Ridce sering bolak-balik ke Arab Saudi untuk wisata rohani atau tujuan lain yang masih belum diketahui secara spesifik.

Ridce sempat berobat ke Rumah Sakit Malaka karena ada gangguan di bagian telinga.

"Selama satu bulan ia menggunakan alat bantu pendengaran. Dokter mengajurkan yang bersangkutan tidak menggunakan pesawat karena masih mengalami luka di telinga. Jadi ini keterangan yang kami peroleh," papar Kapolda didampingi Kapolresta Barelang Kombes Pol Helmy Santika dan Kabid Humas Polda Kepri Kombes Pol S Erlangga.

Menurut Kapolda, rombongan sempat masuk ke wilayah Pattani, Thailand Selatan yang dikenal sebagai daerah rawan konflik.

Mereka ke Pattani untuk melakukan kunjungan ke Madrasah Rohmaniah yang dipimpin Dr Ismail Lutfi Fattoni.

"Jadi tujuannya meminta wawasan program sekolah tadiah sampai dengan jenjang fakultas dalam bidang agama Islam. Sesuai pengakuan mereka, Doktor Ismail Lutfi Fattoni sering datang ke Indonesia untuk memberi seminar pendidikan agama Islam," tambah Kapolda. (tribunbatam/leo)

Mereka Dicurigai Simpatisan ISIS:

1. Farhan Hidayat, kelahiran Bukit Tinggi, 17 November 2000, No Pass: B2804542
2. Anif Sadiki Alman, kelahiran Bukti Tinggi, 19 Desember 1993, No Pass: A9557907
3. Amril Kis, kelahiran Barulak, 17 Juni 1988, No Pass: A9020535
4. Syukri Alhamda, kelahiran Galogandang, 15 April 1997, No Pass: B5570617
5. Ilvan Oktarozi, kelahiran Koto Sani, 5 Oktober 1990, No Pass: A9C28123
6. Muhammad Hijrah, kelahiran Bukit Tinggi, 21 November 1991, No Pass: B5570619
7. Ridce Elfi Hendra, ketua rombongan, No Pass: E92152095 (paspor Arab Saudi)
8. Hendra Ardiansyah Putra, kelahiran Kepahiang 27 Desember 1995, No Pass: B5570405

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini