Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Menjelang Imlek perajin yongsua atau dupa di Demak mendapat tambahan permintaan, tapi sudah tak sebanyak lima tahun lalu.
"Sekarang itu kalau Imlek ada tambahan pesanan tapi enggak seberapa dibanding dahulu. Bertambah tapi sedikit, enggak kerasa, per minggu baru kerasa tambahnya," jelas Suparno, perajin dupa asal Desa Waru, Demak, Kamis (19/1/2017).
Detemui di rumah produksinya, Suparno menceritakan banyak faktor yang mempengaruhi minimnya permintaan dupa kini menjelang imlek, beberapa di antaranya kebijakan impor.
"Sebelum ada impor dupa, dahulu permintaan bisa 7000 batang per hari, sekarang 2000 batang saja sudah bagus," keluh pria yang sudah 15 tahun menekuni bisnis tersebut.
Ia mengklaim produk lokal sebenarnya lebih murah. Dupa yang tebal satu batang dijual seharga Rp 350, sedangkan yang tipis dijual per kilo Rp 13 ribu. Dupa impor bisa didapat seharga Rp 500 hingga Rp 13 ribu.
"Cuma unggulnya yang impor bisa awet selama delapan jam baru habis, punya kami belum bisa. Hal itu karena impor semua yang buat mesin, kami murni dibuat manusia," tegas dia.