News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dekat dengan Singapura, Pertanian Organik Lingga Jadi Idola

Penulis: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyuluh pertanian terbaik Indonesia, Sucipto (kanan), Bupati Lingga, Alias Wello (tengah), peraih anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi Tahun 2015, Ady Indra Pawennari (kiri) di lokasi sawah Desa Sungai Besar, Lingga Utara.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejak Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman memproklamirkan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) sebagai basis pertanian organik terbesar di wilayah perbatasan Indonesia – Singapura pada 7 September 2016 lalu, nama Kabupaten berjuluk “Bunda Tanah Melayu” itu, kini menjadi idola bagi para pecinta pertanian organik di dalam dan luar negeri.

Selain ingin melihat langsung potensi lahan pertanian di Kabupaten Lingga, mereka juga menawarkan kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian. Hal itu terungkap dalam kunjungan salah seorang pakar pertanian organik dari Thailand, Prof. Danuwat Pengont dan salah seorang penyuluh pertanian terbaik Indonesia, Sucipto.

“Saya mengikuti pemberitaan media, betapa besarnya perhatian pak Mentan terhadap Lingga. Hampir di setiap kunjungannya ke daerah, pak Mentan selalu menyebut nama Lingga. Tentu pak Mentan tidak asal sebut, pasti ada nilai plus yang dimiliki Lingga,” ungkap salah seorang penyuluh pertanian terbaik Indonesia, Sucipto usai mengunjungi lokasi sawah di Desa Sungai Besar, Kecamatan Lingga Utara, Minggu, (22/1/2017).

Sebelumnya, pakar pertanian organik dari Thailand, Prof. Danuwat Pengont juga mengungkapkan hal yang sama ketika berkunjung ke Kabupaten Lingga, Minggu, (15/1/2017). Ia menilai, konsep pertanian organik yang ditetapkan Menteri Pertanian RI di Kabupaten Lingga merupakan pilihan yang sangat tepat di tengah meningkatnya kebutuhan konsumen dunia terhadap ketersediaan bahan pangan organik.

“Ini pilihan yang sangat tepat jika kita ingin menggarap pasar pangan dunia. Jangan pernah berharap bisa ikut berkompetisi di pasar pangan global jika masih menggunakan pupuk kimia dan pestisida,” kata Danuwat.

Setelah berkunjung ke Lingga, baik Sucipto dan Danuwat mengaku dapat memahami betapa strategisnya posisi Kabupaten Lingga yang berbatasan langsung dengan Kota Batam yang bisa dijangkau hanya dalam waktu satu jam dari Singapura dan Malaysia. Dengan membangun sawah baru seluas 3.000 hektar di Lingga, keduanya yakin target Menteri Pertanian untuk menghentikan dominasi beras selundupan di Kepri akan berhasil tanpa harus menutup pelabuhan tikus.

“Untuk mencapai kesuksesan dalam bidang pertanian ini, ada beberapa komponen teknologi yang harus dikuasai petani, yakni penggunaan varietas unggul, pembenihan, pengolahan tanah, pemupukan, pengaturan air, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Saya sudah lihat tanah dan airnya cukup bagus, pasarnya juga potensial. Jadi, Lingga ini memang cukup prospektif untuk pengembangan pertanian organik,” tambah Sucipto.

Kehadiran Sucipto di Kabupaten Lingga tersebut, didampingi oleh Camat Barebbo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Andi Asman Sulaiman dan salah seorang ahli pupuk organik dari PT. Dahliah Duta Utama, Suryawansah dan ahli penataan ruang, M. Hatta S Yahya. Mereka bertekad membantu dan menawarkan kerjasama alih teknologi pertanian untuk masyarakat, khususnya petani di Kabupaten Lingga.

Bupati Lingga, Alias Wello menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi atas kunjungan sejumlah pecinta pertanian organik di Kabupaten Lingga. Kehadiran mereka diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat, khususnya petani untuk mewujudkan mimpi Lingga terbilang 2020.

“Kepercayaan Pemerintah Pusat ini akan kita laksanakan secara sungguh – sungguh. Sebagai daerah yang baru mengenal sektor pertanian, khususnya budidaya tanaman padi, tentu Lingga harus banyak belajar dari para ahlinya,” ungkapnya.

Ia berjanji akan segera melakukan kunjungan balasan ke Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone dan melakukan pertemuan dengan Bupati Bone, Dr.H. Fahsar M. Padjalani, M.Si untuk membicarakan beberapa peluang kerjasama di bidang pertanian, khususnya penempatan beberapa petani dan penyuluh pertanian andalan dari Kabupaten Bone di Lingga.

“Tolong pak Camat, titipkan salam saya untuk pak Bupati Bone, saya segera berkunjung ke sana untuk belajar tentang pertanian. Kebetulan memang, antara Melayu dan Bugis itu punya sejarah panjang dalam membangun kerjasama di daerah Kepulauan Riau, khususnya Kabupaten Lingga,” jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini