TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - Tak banyak yang bisa dilakukan Sulami. Pasrah dan tetap terus beribadah yang dia lakukan setiap hari. Ya, Sulami, penderita ankylosing spondylitis (punggung bambu) hanya bisa terus mendekatkan diri pada ilahi.
Kepada Jurnalis Kompas TV Susilo Mintarjo, Sulami sempat mengadu. Sulami mungkin tak mau membuat repot. Semua dia coba lakukan sendiri.
Maklum, yang selama ini merawatnya hanya Mbah Ginem. Perempuan berusia 90 tahun ini memang bukan nenek kandung. Tapi dia sudah sejak lama merawat Sulami. Bahkan juga Paniyem, kakak kembar Sulami yang juga menderita punggung bambu.
Sudah sejak lama dua kakak beradik ini dirawat Mbah Ginem seorang diri. Tapi sayang, nasib berkata lain. Paniyem akhirnya mengembuskan napas terakhir empat tahun lalu.
Sulami sebenarnya masih memiliki ibu kandung. Namun, ibunya tak bisa membantu karena menderita stroke.
Kini, yang dialami Sulami mulai menjadi perhatian dunia. Media massa asal Inggris, Daily Mail mengutip Dinas Kesehatan Sragen.
Sulami menderita gangguan genetik langka sehingga nyaris seperti papan. Harian The Sun juga merilis berita yang nyaris sama. Sulami, perempuan 35 tahun menderita sakit tulang bambu.(*)