Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Kejadian longsor di kawasan Selili, bukan kali pertama terjadi, namun telah terjadi sejak beberapa tahun silam.
Bahkan, kawasan Selili merupakan satu dari sekian sebanyak kawasan yang rawan terhadap tanah longsor.
Dari informasi yang ada dari warga yang telah menghuni kawasan tersebut, sejak puluhan tahun silam, longsor telah terjadi sejak tahun 1999 yang mengakibatkan 11 bangunan rumah ambruk, lalu tahun 2007 dengan 4 rumah terpapar, tahun 2015 terdapat 2 rumah, dan tahun ini diketahui masih 6 rumah.
Staf Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Samarinda, Nanang Arifin menjelaskan, kawasan Selili merupakan salah satu kawasan yang memang rawan tanah longsor.
Dari data yang ada, terdapat 20 keluruahan yang masuk dalam kawasan rawan tanah longsor.
"Kawasan ini memang kawasan rawan longsor, karena kemiringan lahan, ditambah dengan kondisi alam. Kami harap warga dapat segera meninggalkan rumahnya, pemerintah sudah menurunkan bantuan berupa bayar sewa selama 3 bulan, dan rusunawa yang dapat digunakan warga," ungkapnya, Selasa (31/1/2017).
Lanjut dia menjelaskan, hampir seluruh kawasan Samarinda rawan terhadap bencana longsor, bahkan dari hasil inventarisir BPBD Kota Samarinda tahun 2016, kawasan longsor tersebar di 9 kecamatan, diantaranya Samarinda Utara, Sungai Pinang, Samarinda Ilir, Sambutan, Samarinda Ulu, Sungai Kunjang, Samarinda Seberang, Palaran dan Loa Janan Ilir.
Khusus di kawasan Selili, pihaknya telah 2 kali melakukan aksi tanggap bencana di kawasan tersebut.
"Ini kedua kalinya, kami akan bantu warga evakuasi, bahkan kami juga siap membantu warga membongkar rumahnya, tapi dengan situasi dan kondisi yang benar-benar aman, karena hingga saat ini tanag terus bergerak," tuturnya.
Dari pantauan TRIBUNKALTIM.CO, di lokasi longsor, terdapat bangunan rumah yang kembali ambruk, hal itu sempat membuat warga yang berada disekitar lokasi panik dan menjauh dari lokasi itu.